Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Sholah: Sayang, Hanya karena Pemilu, Kita Ribut dengan Saudara

Kompas.com - 12/12/2018, 21:36 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid, berharap agar maraknya peredaran berita bohong (hoaks) menjelang Pemilu 2019, segera diredam.

Menurut Gus Sholah, sapaan akrabnya, masifnya peredaran hoaks terbukti membawa dampak negatif bagi persaudaraan, persatuan, dan kesatuan bangsa Indonesia. Situasi itu, kata Gus Sholah, tidak bisa dibiarkan.

"Kan eman-eman (sayang), hanya karena Pemilu, kemudian kita ribut dengan kawan kita, dengan saudara kita," ujar Gus Sholah.

Hal itu disampaikan Gus Sholah saat ditemui usai menghadiri seminar nasional bertajuk 'Integrasi Religius dan Nasionalis Menuju Pemilu Damai' di Pesantren Tebuireng Jombang, Rabu (12/12/2018).

Gus Sholah menilai, dampak dari peredaran informasi bohong, tarafnya sudah membahayakan.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi, menurut adik kandung Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, perlu mengerahkan seluruh daya upayanya melindungi masyarakat dari informasi hoaks.

Baca juga: Hoaks, Foto Longsor di Jalur Puncak Bogor

"Saya kira Kementerian (Kominfo) perlu memberikan informasi, memberikan peringatan kepada semua pihak. Sekolah-sekolah perlu diberitahu (soal hoaks) ini. Kita kan tidak paham, ternyata begitu dahsyat (dampak hoaks)" kata Gus Sholah.

Dia mengatakan, suasana panas jelang Pemilu 2019 yang bersumber dari peredaran informasi hoaks harus segera diredam.

Jika tidak diredam, dikhawatirkan suasana panas Pemilu akan terus terbawa meski Pemilu sudah berakhir.

"Itu harus kita redam. (Kalau tidak diredam) selesai Pemilu enggak rampung ini, masih panjang. Bisa saya sampaikan ini, kan, sudah sejak tahun 2016, ternyata (sampai sekarang) enggak selesai juga," kata Gus Sholah.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi mengungkapkan, dari banyaknya informasi hoaks yang beredar, lebih dari 80 persen dikontribusi oleh masyarakat, khususnya warganet.

Imam berharap, karena begitu dahsyatnya dampak hoaks, setiap orang perlu menahan diri untuk tidak berbagi sebelum informasi yang hendak disebarkan betul-betul terverifikasi.

Kasubdit Bidang Politik Polda Jawa Timur AKBP Asmoro mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informasi, berita ataupun informasi hoaks terkait Pemilu 2019, tingkat peredarannya mencapai lebih dari 91 persen.

Baca juga: Jokowi dan Peran Keluarga Menjawab Hoaks

"Pada Pemilu ini bagaimana tentang berita hoaks, berita hoaks yang ada di Pemilu 2019 itu sudah beredar di masyarakat itu 91,80 persen. Itu sudah berita hoaks tentang Pemilu. Jadi, berita politik 91,80 persen itu bohong semua. Ini kajian dari Kementerian Kominfo," kata dia, dalam seminar tersebut.

Selain mewaspadai efek dari peredaran berita bohong, polisi, lanjut Asmoro, juga menaruh perhatian khusus terhadap masifnya peredaran isu bernuansa SARA.

Isu SARA dan adu domba, diakui makin membuat gaduh suasana menjelang Pemilu 2019.

"Kemudian terkait adu domba dan terkait dengan SARA, itu 88,60 persen. Ini Sangat tinggi. Inilah yang bisa menjadi pemantik tidak amannya Pemilu 2019," kata Asmoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com