Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Korban tentang Pembantaian Nduga: 3 Hari Kabur Lewat Hutan

Kompas.com - 09/12/2018, 12:20 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara ,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Masa-masa menegangkan itu sudah lewat. Meski demikian, masih kental di ingatan Simon Tandi saat berusaha menyelamatkan diri dari kejaran kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Biaya kuliah anak adalah alasan Simon yang merupakan warga Jahab, Tenggarong, bekerja di PT Istaka Karya di Nduga, Papua.

Saat dihubungi melalui ponsel pada Sabtu (8/12/2018), Simon bercerita, karena mukjizat Tuhan hingga hari ini dia masih hidup.

“Saya sungguh menyaksikan mukjizat Tuhan, saya masih hidup saat ini. Ketika mereka membantai teman-teman saya, saya hampir menyusul mereka. Beruntung, melalui warga setempat, Tuhan menyelamatkan saya,” kata Simon.

Kejadian itu dimulai pada Sabtu (1/12/2018), ketika Simon bersama satu rekan lainnya, Joni Pariangan, pergi ibadah Natal di Gereja Protestan Nduga.

Baca juga: Diusulkan, Monumen di Lokasi Pembantaian Pekerja Proyek Jalan di Nduga Papua

Gereja ini adalah tempat rutin yang selalu Simon datangi, lokasinya tak jauh dari camp tempat mereka tinggal.

“Saya sering ke sana untuk berdoa dan ibadah. Apalagi ada ibadah Natal, maka saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke Gereja,” kata Simon.

Tidak disangka, kegiatan ibadah Sabtu itu menyelamatkan Simon. Ketika dia kembali ke camp, dia melihat kondisinya sudah berantakan.

Semua tas berisi pakaian berhamburan dan makanan berserakan di tanah.

Ke-29 temannya juga tidak ada. Simon dan Joni lantas bertanya pada warga sekitar.

Simon kaget, mendengar puluhan temannya dibawa ke Puncak Kabo dan diikat seperti tahanan perang.

“Saya kaget, saya bingung. Tapi saya dan Pak Joni memutuskan menyusul mereka, karena katanya saya juga dicari. Waktu itu, hati saya sudah bilang, mungkin kami akan disiksa dan dipukuli di atas,” jelasnya.

Ketika Simon dan Joni menuju ke Puncak Kabo, tiba-tiba ada warga yang memanggil mereka dengan bahasa daerah setempat.

Baca juga: Pembantaian di Nduga Papua, Keluarga Ini Kehilangan 4 Anggota Keluarga Sekaligus

Simon tidak mengerti apa yang diucapkan warga tersebut, namun dari bahasa isyarat terbaca kesan pesan jika mereka terancam akan dibunuh.

“Saya tidak mengerti apa maksudnya warga, karena pakai bahasa daerah. Tapi gerak tangannya seperti bilang kalau saya akan ditembak. Saya tidak tahu, harus melarikan diri ke mana,” sebutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com