Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Cirebon, Kasus-kasus Pembunuhan Didominasi Latar Belakang Asmara

Kompas.com - 06/12/2018, 23:17 WIB
Windoro Adi,
Heru Margianto

Tim Redaksi


CIREBON, KOMPAS.com – Kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah Polres Kabupaten Cirebon sepanjang tahun 2018 masih diwarnai masalah asmara.

“Dari sembilan kasus, tiga di antaranya berlatar belakang seks, dan perselingkuhan,” ungkap Kasat Reskrim Polres Kabupaten Cirebon, Ajun Komisaris Kartono Gumilar, Kamis (6/12/2018).

Kasus terakhir terjadi Jumat (30/11/2018). Menurut Kapolres Kabupaten Cirebon, Ajun Komisaris Besar Suhermanto, Rabu (5/12/2018), kasus ini dilatarbelakangi perselingkuhan antara seorang suami dari satu pasangan suami istri, dan seorang istri dari satu pasangan suami istri lainnya.

Pria ES (30) membunuh Ruh (37), korban perempuan, dengan mencekik, dan bertubi menusuk leher korban dengan obeng di Jalan Brigjen Dharsono, Kota Cirebon sekitar pukul 20.00.

ES kemudian membuang mayat Ruh di semak semak sekitar Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Keesokan harinya, warga menemukan mayat Ruh.

Suhermanto memastikan, kasus ini bukan pembunuhan disertai perampokan. Sebab, tas coklat korban dibuang ES di jembatan layang di Kecamatan Talun. Telepon selular (Ponsel) milik Ruh yang disimpan di tas pun, ditemukan hancur berkeping keping.

Ruh, ibu rumah tangga, tinggal bersama suami dan anak anaknya di Kelurahan Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Sang suami, Didin, bekerja di satu perusahaan jasa pengiriman barang.

Kepada wartawan, dalam pengakuan sepihaknya kepada wartawan, ES mengatakan membunuh Ruh karena Ruh menolak mengakhiri hubungan gelapnya dengan ES.

“Saya bilang, hubungan kita cukup sampai di sini saja. Selesai. Tetapi dia marah dan balik mengancam akan melaporkan hubungan kami ke istri saya,” ujar ES di Kantor Polres Kabupaten Cirebon, Rabu (5/12/2018). ES ditangkap polisi di rumahnya di Talun, Selasa (4/12/2018).

Penguatan lembaga sosial

Pengamantan Kompas.com, sama seperti halnya di Kabupaten Cirebon, di hampir seluruh daerah di Indonesia, kasus kasus pembunuhan sampai sekarang masih didominasi latar asmara.

Peringkat berikutnya adalah balas dendam atau sakit hati. Kasus kasus ini banyak terjadi di lingkungan kelas bawah.

Menanggapi hal ini, Kriminolog UI, Kisnu Widagso mengatakan, latar asmara dan balas dendam paling banyak terjadi dalam kasus pembunuhan karena kedua hal tersebut paling sulit dinegosiasi dalam interaksi sosial antara pelaku dan korban.

“Ujung-ujungnya, pembunuhan,” ucapnya, Kamis (6/12/2018).

Mengapa lebih banyak terjadi di lingkungan kelas sosial ekonomi bawah?

“Karena lembaga sosial di kalangan kelas bawah, lemah,” ujar Kisnu. Selain itu, lanjutnya, masalah yang dihadapi kalangan kelas bawah lebih kompleks.

Ilustrasi Patah hatizimmytws Ilustrasi Patah hati

Solusinya?

“Memerkuat lembaga sosial di lingkungan ini. Lembaga sosial adalah komunitas sosial. Bisa berupa keluarga besar, kelompok pengajian, kelompok hobies, kelompok arisan, atau kelompok seprofesi kerja,” jelas Kisnu.

Lembaga sosial ini bisa menjadi referensi nilai dan perilaku, tempat curhat, serta pertimbangan dan kendali akhir seseorang yang hendak melakukan pembunuhan.

“Rasa sungkan, nasihat kelompok, dan rasa takut mendapat kecaman kelompok membuat seseorang bisa menahan diri untuk tidak melakukan pembunuhan,” tutur Kisnu.

Menurut dia, lembaga sosial seperti ini sebenarnya kurang dibutuhkan bila kohesi sosial satu masyarakat di mayoritas daerah, sangat kuat.

“Tetapi terutama di lingkungan kelas bawah, usaha merawat kohesi sosial ini sangat lemah. Baik karena tiadanya waktu, maupun karena masalah kepentingan mencari nafkah, serta pendidikan yang umumnya rendah,” ujar Kisnu.

Ia berpendapat, jika tingkat kejahatan keras seperti kasus pembunuhan meningkat, sebaiknya Polres setempat menggencarkan kegiatan pemolisian masyarakat lewat personel Bhabinkamtibmas.

“Tugas mereka membantu menguatkan kembali lembaga sosial,” tegas Kisnu.

Cakrabuana Kamtibmas

Suhermanto sependapat. “Kami memiliki program unggulan bernama Cakrabuana Kamtibmas. Anggota mengunjungi masyarakat door to door, berdiskusi dengan warga yang dilaporkan warga lain atau anggota Polsek, sedang mengalami masalah,” paparnya.

Seluruh hasil kerja petugas Cakrabuana dicatat dan dievaluasi. Selanjutnya dibuat langkah langkah antisipasi.

“Oleh karena itu, tingkat crime clearance (kasus yang bisa dituntaskan) kami, tinggi. Kami tak hanya berperan sebagai pemadam kebakaran, tetapi sudah juga pencegahan, dan sosialisasi,” ucap Suhermanto.

Meski demikian, ia mengakui, untuk kasus kasus pembunuhan berlatar asmara, pihaknya sulit mendeteksi. Sebab, prosesnya berjalan tertutup. Apalagi kalau diwarnai hubungan gelap.

“Kan semuanya serba bisik bisik di tempat gelap. Lingkungan sosial korban dan pelaku umumnya tidak tahu prosesnya dan memang kurang peduli karena dinilai masuk wilayah privat,” ujar Suhermanto

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com