“Tidak lama kemudian para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Mereka kemudian secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah,” ungkap Aidi,
Setelah itu KKB meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.
Di tempat itu, ada 11 orang karyawan yang pura-pura mati dan kemudian berusaha bangkit kembali untuk melarikan diri.
Baca Juga: Pura-pura Mati, Jimmi Selamat dari Pembantaian KKB di Nduga Papua
Setelah tak terdengar lagi suara desingan peluru dan teriakan para anggota KKB, Jimmi pun bangkit berdiri dengan rasa takut yang amat sangat.
Betapa hancur hati Jimmi ketika melihat belasan rekannya telah tewas. Namun, ada reasa lega saat dirinya melihat ada 11 rekan lainnya juga berhasil selamat setelah berpura-pura mati.
Mereka pun segera melarikan diri dari tempat tersebut dan menuju ke Mbua. Sayangnya, KKB mencium pergerakan 11 pekerja tersebut. Sebagian KKB pun mengejar Jimmi dan rekan-rekannya.
KKB menangkap 5 rekan Jimmi dan mengeksekusi mereka di tempat. Empat pekerja lainnya, termasuk Jimmi berhasil lolos setelah berhasil sampai ke Pos TNI Yonif 755/Yalet, Mbua.
Namun, dua pekerja lainnya belum diketahui nasibnya hingga sekarang.
Baca Juga: BERITA POPULER NUSANTARA: Kisah Jimmi Lolos Pembunuhan di Nduga Papua hingga Novel Terakhir NH Dini
Menyadari sejumlah pekerja berhasil lolos dan bersembunyi di Pos TNI di Mbua, KKB pun memburunya.
Pada 3 Desember sekitar pukul 05.00 WIT Pos TNI 755/Yalet diserang oleh KKB bersenjata standar militer campuran panah dan tombak.
“Rupanya mereka tetap melakukan pengejaran. Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah Pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet, Serda Handoko membuka jendela, lalu ditembak dan meninggal dunia,” kata Aidi.
“Saat itu anggota di pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari jam 05.00 WIT hingga 21.00 WIT. Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada 4 Desember sekitar pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan. Saat itulah salah seorang anggota, Pratu Sugeng, tertembak di lengan,” kata Aidi.