Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Argapura, Pengekspor Sayur Andalan yang Diabaikan

Kompas.com - 05/12/2018, 11:04 WIB
Windoro Adi,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Meski demikian, bawang Sumenep produk Argapura masih terserap pasar domestik karena paling unggul dibandingkan produk bawang Sumenep dari wilayah lain di Indonesia.

Kendala lain yang dihadapi adalah transportasi darat. 

“Karena kami tak bisa menggunakan truk peti kemas, maka kami memakai beberapa truk membawa produk kami ke Surabaya dan Jakarta. Dari sana produk baru dipindahkan ke peti peti kemas,” tutur Dadang. 

Jangankan truk peti kemas, jalanan aspal berlubang menuju lumbung sayur mayur di Argapura saja sempit untuk dilintasi dua mobil yang berpapasan, tambahnya.

Bandara Kertajati

Camat Argapura, Ateng D Suherman yang mendampingi Dadang berharap, pemerintah pusat dan instansi terkait bisa membantu mengatasi sejumlah kendala yang dihadapi para petani sayur di Argapura.

“Masalah pelebaran jalan, masalah pendampingan membuat kemasan alternatif, masalah pendampingan kelompok tani, masalah ketersediaan dan harga pupuk, dan masalah jaringan bisnis yang masih minim di kalangan petani di sini. Bermacam kendala itulah yang membuat kemajuan para petani Argapura terhambat,” tuturnya.

Ia mengaku iri dengan para petani di wilayah lain terutama di Jawa Tengah yang sudah layak kelelola ekspor produk. Di Kabupaten Temanggung misalnya. 

“Enam hari dalam sepekan mereka sanggup mengekspor rata rata satu ton bermacam sayuran ke Singapura. Sayuran yang diekspor ke negeri Singa tersebut antara lain buncis, lobak, bit, labu siam, waluh, dan kentang,” ucap Ateng.

“Argapura memiliki modal tanah pertanian, air, cuaca, tradisi bertani sayur, dan produk sayur mayur yang jauh lebih baik dari Temanggung, tetapi nyatanya kami masih jauh di belakang mereka. Banyak hal yang kami tidak miliki dari mereka,” ujar Ateng.

Ia berharap, Bandara Internasional Jabar, Kertajati, bisa segera menjadi jawaban terhadap kendala transportasi petani Argapura mengekspor produknya. 

“Kami butuh penghubung yang bersahabat untuk itu. Kami berharap pengelola Bandara Kertajati ikut memikirkan peluang para petani Argapura mengekspor produknya,” ucap Ateng.

Dadang pun mengaku, selama ini usaha ekspor yang ia lakukan bersama para petani di Argapura lebih banyak dilakukan sendiri. 

“Yang peduli baru di tingkat pemerintahan desa dan kecamatan,” tegasnya. 

Karena kemampuan aparat desa dan kecamatan terbatas, maka mereka hanya mampu mendampingi petani di aspek produksi.

“Padahal saat ini yang lebih penting adalah aspek pemasarannya. Kalau aspek produksi relatif tidak ada masalah karena tradisi bertani sayur di sini sudah berlangsung puluhan tahun. Para petani di sini umumnya sudah pandai membaca cuaca. Tetapi kalau soal produk mau dibuang ke mana, kami sering mengalami kesulitan. Apalagi kalau sudah dihajar harga jual yang tidak menentu. Saya sendiri pernah rugi sampai Rp 800 juta,” tandas Dadang.

Ia optimistis, jika sejumlah kendala yang melilit petani sayur di Argapura terurai, Kecamatan Argapura bisa diandalkan sebagai pengekspor daun bawang, bawang Sumenep, dan sawi putih, mengalahkan Vietnam dan Cina. 

Bahkan dengan kondisi tanah, air, dan cuaca yang dimiliki Argapura seperti sekarang, Dadang yakin, para petani Argapura mampu menjadi eksportir terbesar di dunia untuk ketiga produk tersebut. Apalagi jika di dukung tiga kecamatan lain yang memiliki kondisi yang sama. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com