Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Pekerja Jembatan di Nduga Papua Cemas Menanti Kabar

Kompas.com - 04/12/2018, 22:47 WIB
Kontributor Wamena, John Roy Purba,
Khairina

Tim Redaksi


JAYAPURA, KOMPAS.com - Zainuddin berharap ada keajaiban sehingga 31 karyawan PT Istaka Karya (BUMN) yang dikabarkan tewas dibunuh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) bisa selamat.

Mereka tengah mengerjakan pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Auruk, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Zainuddin adalah keluarga dari Muhamad Agus, salah satu karyawan PT Istaka Karya yang berada di lokasi pembangunan jembatan.

Hingga kini, keluarga belum bisa mendapat kabar mengenai keberadaan Agus. 

Baca juga: Anggota Komisi I: Pembunuhan 31 Pekerja di Nduga Teror Terhadap Negara

Agus yang merupakan warga Dusun Botong, Desa Bonto Manai, Kecamatan Bongaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan itu, diketahui bekerja bersama Istaka Karya selama satu tahun terakhir untuk melalukan pekerjaan pembangunan jembatan di Papua.

Zainuddin menjelaskan, Agus adalah anak tunggal dari pasangan almarhum Minggu dan ibunya Hasnawati Lenteng. Saat ini, sang ibu masih menunggu kabar anak semata wayangnya.

"Dia bekerja bersama Istaka Karya kurang lebih sudah satu tahun, untuk memperkerjakan proyek pembangunan di Papua,” kata Zainuddin ketika dihubungi melalui telepon selulernya.

Pihaknya sangat kaget mendengar adanya informasi dari berbagai media yang menyampaikan adanya 31 pekerja pembangunan jembatan di Nduga, tewas dibunuh oleh sekelompok orang.

“Kami susah mendapat akses informasi yang jelas. Tak ada yang menghubungi keluarganya. Pernah ada komunikasi dengan perusahaan melalui media sosial Facebook. Hanya dikatakan kita semua berdoa. Semoga tak terjadi apa-apa. Kami butuh informasi riil dari perusahaan maupun pemerintah,” harap Zainuddin.

Dia berharap, perusahaan, pemerintah, dan aparat TNI dan Polri memberikan kemudahan akses bagi para keluarga yang bekerja bersama Istaka Karya.

“Saya tahu aparat TNI dan Polri lagi berupaya untuk mencari tahu kabar mereka. Tapi, tolong bantu berikan informasi seluas-luasnya bagi pihak keluarga mengenai peristiwa yang ada disana. Apalagi seperti kami. Sama sekali tak ada perwakilan keluarga di Papua,” tuturnya.

Baca juga: Ini Nama 12 Warga Sipil yang Dievakuasi dari Nduga

Seperti diketahui, sampai saat ini sekitar 31 karyawan PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek pembangunan jembatan di Kabupaten Nduga, dibunuh oleh KKB. Sejauh ini, informasi itu masih ditelusuri aparat TNI dan Polri.

Hal itu terjadi lantaran lokasi pembangunan jembatan sangat sulit diakses oleh aparat keamanan. Dari jalan titik pemberhentian kendaraan yakni di Distrik Mbua, butuh waktu 2 jam berjalan kaki untuk sampai ke Kali Yigi.

Sedangkan jalur setapak itu harus melewati bukit, sungai, dan juga hutan yang lebat. Bahkan, akses telekomunikasi sama sekali tidak ada. Tak hanya itu,  kelompok KKB diduga masih berada di lokasi para pekerja berada. Sehingga, tak mudah bagi aparat keamanan untuk masuk ke wilayah tersebut.

Hingga Selasa (4/12/2018) malam, sudah ada 12 orang warga sipil dievakuasi dari Distrik Mbua. Di antara 12 orang tersebut, terdapat 4 orang pegawai PT Istaka Karya yang selamat, dimana 3 diantaranya mendapat luka tembakan.

Kompas TV 31 pekerja proyek Trans Papua dibunuh oleh kelompok sipil bersenjata, di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Salah satu Exco PSSI Hidayat mengundurkan diri sebagai buntut dugaan kasus pengaturan skor di Liga 2 PSSI. Polisi periksa pengamat politik Rocky Gerung terkait kasus hoaks Ratna Sarumpaet

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com