Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Petani Bunuh Istri, Kesal Diminta Rumah Berkeramik hingga Biaya ke Salon

Kompas.com - 01/12/2018, 21:22 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Spontan, ia menghampiri sang ayah dan bersujud mencium kaki ayahnya. Sang ayah hanya bisa memeluk dan mencium putranya tersebut.

Sementara itu, polisi menggelar reka ulang untuk melengkapi berkas penyelidikan.

"Reka ulang ini untuk melengkapi berkas penyidikan. Dari reka ulang ini kami bisa mengetahui gambaran bagaimana tersangka melakukan penganiayaan kepada istrinya," kata AKP Aji Darmawanasat.

Aji menjelaskan, tragedi berdarah tersebut terjadi pada Kamis (15/11/2018) dini hari. Motif yang melatarbelakangi aksi penganiayaan berujung maut ini adalah percekcokan keluarga.

Baca Juga: 5 Fakta Penganiayaan LB (14), Gara-gara Ayam hingga Polisi Kejar Penyebar Video

3. Alasan DR membunuh istri tercintanya

Kapolres Kebumen Ajun Komisaris Besar Arief Bahtiar mengungkapkan, tersangka DR tega menganiaya Eni Hermawati hingga tewas karena sakit hati yang menumpuk.

Sang istri yang baru dinikahinya pada April 2018 itu menuntut lebih kepada tersangka yang sehari-hari bekerja sebagai petani.

“Istri ingin gaul pergi ke salon dan mempunyai barang mewah. Selanjutnya suami merasa sakit hati kepada istrinya yang sudah disimpan lama," katanya.

Tersangka menganggap korban tidak menghargai pekerjaan dan penghasilan sebagai petani. Bahkan, saat malam kejadian, keduanya terlibat percekcokan hebat.

“Korban tidur membelakangi suami. Keterangan tersangka DR, korban beberapa kali meludah ke tembok dan ditegur oleh tersangka,” ujar Arief.

Baca Juga: Reka Ulang Penganiayaan Santri di Ogan Ilir, Korban Dianiaya hingga Meninggal

4. Ucapan Eni yang membuat DR kalap

Berdasar keterangan polisi, hubungan DR dan Eni tidak harmonis. Percekcokan di antara keduanya sering terjadi sehingga memendam sakit dan kekecewaan.

Hal itu memuncak saat Eni meludahi tembok rumah mereka dan mengucapkan perkataan yang membuat sakit hati DR.

"Umah urung dicat, urung dikeramik beh ora ulih diidoni. Apa maning nek wis dicat, dikramik. (Rumah belum dicat, belum dikeramik saja tidak boleh diludahi. Apalagi kalau sudah dicat sama dikeramik)," katanya menirukan tersangka.

Perkataan korban membuat tersangka marah dan gelap mata. Tepat pukul 02.30 WIB, tersangka mengambil sabit yang ada di gudang rumahnya hingga akhirnya terjadilah tragedi berdarah tersebut.

Baca Juga: 5 Fakta Penganiayaan Wartawan di Maluku, Korban Mabuk Miras hingga Satu Pelaku Masih Buron

5. DR mengaku masih mencintai istrinya

IlustrasiiStockphoto Ilustrasi

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com