Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Jokowi, Kami Berharap Tanah Sekolah Kami Memiliki Sertifikat Resmi..."

Kompas.com - 30/11/2018, 18:38 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Memperingati Hari Disabilitas Internasional, salah satu siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri A Kota Bandung menulis sepucuk surat untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Adalah Rizki Maulana, siswa SLBN A kelas 10, yang menulis surat dalam huruf braille ke Jokowi. Tanpa malu, Rizki maju ke depan dan membacakan surat yang ditulisnya tersebut. 

Rizki menyampaikan harapan dan permohonannya ke Presiden Joko Widodo terkait hak penggunaan tanah sekolahnya yang belum terpenuhi untuk pendidikan formal.

Baca juga: Sambut Hari Disabilitas, Imigrasi Jakbar Buka Layanan Pembuatan Paspor untuk Warga Berkebutuhan Khusus

"Dengan kerendahan hati pak Presiden kami berharap memberikan solusi untuk mewujudkan harapan dan cita-cita kami untuk belajar aman dan nyaman d sekolah kami menuntut ilmu, karena tempat ini sudah sangat berarti bagi kami semua. Jadi kami berharap tanah sekolah kami memiliki sertifikat resmi agar kami bisa memiliki hak penuh dalam gedung sekolah sendiri tanpa adanya campur tangan lembaga lain," kata Rizki, Kamis (29/11/2018).

Wawan, Kepala Sekolah SLBN A kota Bandung mengatakan, lewat momen peringatan Hari Disabilitas Internasional ini pihaknya berkeinginan membingkai keinginan siswa SLBN A melalui aneka ekpresi. Seperti, berpuisi, bernyanyi, drama hingga menulis sepucuk surat ke Presiden.

"Sangat susah sekali mengundang Pak Presiden pada acara seperti ini. Kami hanya ingin memberikan suasana kepada pendengar (siswa dan penyandang disabilitas netra lainnya) bahwa pak Jokowi hadir di sini, pada perspektif itulah anak-anak bisa semangat menulis surat untuk beliau," kata Wawan. 

Baca juga: Cerita Nimatul Fauziah, Atlet Tuna Netra Peraih Perak Lawnball Asian Paragames 2018 (1)

"Ya paling tidak kami memberikan gambaran, memberikan persepsi kepada anak-anak bahwa pak Presiden ada di tengah-tengah kami, supaya kena apa yang diinginkan anak-anak," lanjut Wawan.

Selain Rizki, ada 50 siswa disabilitas netra lain mulai usia SD hingga SMA yang hadir dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional tersebut. Beberapa diantaranya juga menulis surat berisi harapan kepada Presiden. 

"Surat untuk presiden Joko Widodo, ya kami ingin sampaikan. Karena bentuknya braile, nanti kami susun dari satu boks dan akan disampaikan ke Presiden," kata Wawan.

Status tanah

Sebagai informasi, SLBN A Kota Bandung merupakan salah satu sekolah tertua di Indonesia yang dihibahkan oleh Wongso Taruna, warga Pasirkaliki, kepada seorang dokter mata berkebangsaan Belanda C.HA. Westhoff.

Luas tanah hibah tersebut mencapai 45.000 meter persegi. 

Baca juga: Sebanyak 50 Penyandang Tuna Netra Diajari Cara Memilih Kepala Daerah

Pada tahun 1901 Westhoff kemudian mendirikan rumah buta Bandung yang saat itu dikenal dengan nama blind Institute. Tempat inilah menjadi cikal bakal inspirasi pendidikan bagi penyandang disabilitas netra di Indonesia.

Meski sejak tahun 1984 ini tanah sudah dimiliki Kementerian Sosial RI, namun secara administrasi SLB ini menjadi kewenangan Dinas Pendidikan Jabar. Status tanah ini membuat Dinas Pendidikan Jabar susah memberikan bantuan ke SLB ini.

Di sisi lain, pihak Kementerian Sosial enggan menghibahkan tanah tersebut menjadi tanah milik sekolah yang dikelola Dinas Pendidikan Jabar. 

"Atas dasar ketida jelasan inilah akhirnya kami dimediasi Komnas HAM beberapa kali dan sudah dicarikan titik temu supaya sekolah kami layak untuk digunakan anak tunanetra. Nah sampai detik ini belum ketemu solusinya. Artinya (usaha) sudah lewat pak Gubernur, pak Menteri hingga lewat sesama direktur juga belum tuntas," tutur Wawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com