Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkong Terancam Punah akibat Deforestasi dan Perburuan

Kompas.com - 29/11/2018, 20:34 WIB
Rosyid A Azhar ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com –  Burung jenis rangkong mengalami peningkatan kategori keterancaman akibat penebangan hutan (deforestasi) yang masif di Asia Tenggara.

Sebagian jenis ini terkonsentrasi di dataran rendah Sunda, di kawasan ini terjadi tingkat deforestasi paling tinggi.

“Burung rangkong bersarang di pohon yang besar dan tua yang sering kali menjadi pohon pertama yang ditebang,” kata Direktur Eksekutif Burung Indonesia Dian Agista, Kamis (29/11/2018).

Hilangnya hutan juga memudahkan para pemburu untuk mengakses keberadaan burung jenis ini.

Baca juga: Mengenal Rangkong Gading, Sang Petani Hutan Sejati

Jenis rangkong yang berukuran lebih besar seperti rangkong papan (Buceros bicornis) dan rangkong badak (Buceros rhinoceros), sering diburu karena dikira sebagai rangkong gading (Rhinoplax vigil), yang berstatus kritis sejak 2015.

Rangkong gading memiliki "casque" atau balung yang unik dan sangat diinginkan di pasar gelap.

Balung ini dipercaya memiliki khasiat bagi fertilitas tubuh atau digunakan sebagai simbol status sosial.

“Untuk memerangi ancaman ini, BirdLife International telah bekerja sama dengan organisasi konservasi di seluruh dunia untuk mengimplementasikan rencana aksi penyelamatan rangkong gading selama sepuluh tahun,” ujar Dian Agista.

Rencana aksi ini berpusat pada kegiatan pertukaran informasi dan menganalisis data untuk membendung perdagangan ilegal ornamen rangkong gading pada sumbernya.

Dua jenis rangkong yang ada di Sulawesi adalah Julang Sulawesi (Aceros cassidix) dan Kangkareng (Penelopides exarhatus) juga tidak terlepas dari ancaman pembukaan hutan dan perburuan.

Baca juga: Rangkong Gading Berstatus Kritis, Ini Langkah Pemerintah Indonesia

Bahkan, kawasan konservasi tempat tinggal satwa ini tidak lepas dari ancaman ini.

“Ancaman utama adalah berkurangnya luasan hutan primer, karena mereka butuh hutan primer sebagai sumber pakan dan pohon-pohon besar untuk bersarang,” kata Hanom Bashari, Spesialis Keragaman Hayati dari Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (Biota).

Hanom menyebut, perilaku rangkong yang tidak terlalu toleran dengan hutan sekunder, karena hutan ini tidak menyediakan pohon besar untuk lubang sarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com