Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hate Speech" dan Hoaks Terkait Pilpres Jadi Hal yang Sering Direspons Generasi Milenial di Twitter

Kompas.com - 29/11/2018, 19:10 WIB
Wijaya Kusuma,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Isu terbesar di media sosial Twitter terkait Pilpres adalah hate speech dan hoaks.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, saat menjadi pembicara di talkshow Festival Rumah Pemilu 2019, dengan tema 'Muda Memilih' di Graha Sabha Pramana UGM, Kamis (29/11/2018).

"Jadi, salah satu isu terbesar di Twitter terkait dengan Pilpres adalah soal hate speech dan juga hoaks. Itu isu terbesar ke tiga setelah orang bicara kampanye dan deklarasi," kata Rustika.

Rustika menyebut, hate speech dan hoaks menjadi salah satu isu besar terutama untuk anak muda milenial.

Baca juga: Maruf Amin Optimistis Dapat Banyak Dukungan dari Kalangan Milenial

Sebab, kebanyakan yang merespons tentang isu Pilpres di media sosial Twitter adalah generasi milenial.

"Kenapa saya bilang anak muda milenial, karena ternyata 81 persen yang merespons soal Pilpres itu adalah mereka (anak muda milinial)," ujar Rustika.

Menurut dia, anak muda milenial cukup antusias dengan Pilpres. Hal itu terbukti dari jumlah seluruh pembicaraan di Twitter.

"Mereka itu cukup antusias, dari seluruh pembicaraan Twitter satu bulan rata-rata ada 5 juta percakapan hanya untuk membicarakan Pilpres, memilih kandidat pertama atau kandidat kedua," ujar dia.

Sedangkan, jumlah akun yang membicarakan soal Pilpres, lanjut dia, ada sekitar 300.000 akun.

Dari sisi usia, generasi milenial yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya dan membicarakan Pilpres di media sosial Twitter ada 39 persen. Sedangkan usia 25 hingga usia 34 tahun ada 42 persen.

"Jumlahnya kalau yang masih pemilih muda itu ada 117.000, itu salah satu jumlah yang cukup besar yang merespons Pilpres di Twitter," ungkap dia.

Baca juga: Ridwan Kamil: Milenial Jabar Harus Punya Iman, Ilmu, dan Akhlak

Sementara itu, Kepala Kebijakan Publik Twitter Indonesia, Agung Yudha menuturkan, media sosial Twitter adalah user generated content. Sehingga, kualitas yang ada di Twitter tergantung dari setiap pengguna.

"Kita berusaha menjaga dengan menyediakan rules dan term of office yang ada di Twitter. Apa yang boleh dan yang tidak boleh ada di situ," ucap dia.

Pengguna yang melanggar aturan, imbuh dia, maka menyediakan diri untuk tunduk pada konsekuensi yang ada, mulai dari mendapat peringatan sampai dengan ditangguhkan (suspend).

"Jadi, ada beberapa pelanggaran yang memang tidak membutuhkan laporan, karena memang kelihatan. Tetapi, ada yang membutuhkan laporan dari si tanda kutip korbannya langsung," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com