“Bagi saya, menjadi guru merupakan panggilan jiwa, sebab mendidik seorang anak merupakan sebuah kewajiban untuk menyiapkan generasi penerus bangsa, honor itu bonus. Jadi, dibayar tidak dibayar, saya tetap mengajar,” tegasnya.
Arif menjadi seorang GTT sudah 18 tahun, namun sampai saat ini tidak ada kejelasan terkait pengangkatannya sebagai PNS.
“Saya ini sebenarnya masuk pegawai K2, namun kemarin mau ikut ujian CPNS, akhirnya tidak bisa karena usia saya sudah lebih dari 35 tahun,” tambahnya.
Untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, Arif mengaku nyambi sebagai fotografer keliling.
“Kalau boleh jujur, gaji segitu tidak cukup, apalagi hampir satu tahun saya belum bayaran. Ya, saya akhirnya nyambi jadi fotografer kayak mantenan, wisuda,” katanya.
Hal senada disampaikan GTT lainnya, Wahyu Kusuma Dewi. Sudah 17 tahun dia tercatat sebagai GTT.
“Yang membuat saya bertahan dengan kondisi terbatas begini, ketika bertemu dengan anak- anak dengan semangat belajar cukup tinggi, meskipun kondisi sarana dan prasarananya sangat terbatas,” katanya.
SDN Darsono 4 hanya memiliki enam ruangan kelas saja, sehingga, kelas 5 dan 6 digabung dalam satu ruangan.
“Sebenarnya tidak nyaman, karena tidak kondusif. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak boleh mengeluh dengan kondisi tersebut,” tambah Dewi.
Dewi hanya bisa berharap, akan ada kebijakan dari pemerintah pusat, untuk mengangkat dirinya bersama tenaga K2 yang lain sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.