Hal senada disampaikan GTT lainnya, Wahyu Kusuma Dewi. Sudah 17 tahun dia tercatat sebagai GTT.
“Yang membuat saya bertahan dengan kondisi terbatas begini, ketika bertemu dengan anak- anak dengan semangat belajar cukup tinggi, meskipun kondisi sarana dan prasarananya sangat terbatas,” katanya.
SDN Darsono 4 hanya memiliki enam ruangan kelas saja, sehingga, kelas 5 dan 6 digabung dalam satu ruangan.
“Sebenarnya tidak nyaman, karena tidak kondusif. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak boleh mengeluh dengan kondisi tersebut,” tambah Dewi.
Dewi hanya bisa berharap, akan ada kebijakan dari pemerintah pusat, untuk mengangkat dirinya bersama tenaga K2 yang lain sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
“Itu harapan besar kami, semoga saja akan ada kebijakan baru terkait perbaikan nasib kami- kami ini,” harapnya.
Baca juga: Peluang Wirausaha Terbuka Lebar, Gubernur NTT Tawarkan Guru Honorer Beralih Profesi
Sementara, Kepala SDN Darsono 4, Agus Tedjo Sukmono, mengatakan, tercatat ada lima orang GTT di sekolahnya.
“Kalau soal kesejahteraan, sebenarnya sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Mereka hanya mendapatkan gaji Rp 350.000 per bulan, jadi jauh dari angka UMK Jember,” katanya.
Meski terbatas, Agus sangat mengapresiasi kinerja GTT di sekolahnya.
“Alhamdulillah, meskipun gajinya minim, mereka cukup rajin. Karena mereka punya semangat untuk mendidik generasi penerus bangsa,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.