Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelurahan di Bandung Kelola Sampah Organik dengan Belatung

Kompas.com - 27/11/2018, 11:19 WIB
Agie Permadi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Namum serius digarap Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) sejak Agustus 2018 lalu. Hanya saja, beberapa waktu lalu hujan yang mengguyur kota Bandung sempat merendam dan merusak pengembangbiakan ini. Akibatnya pengembangbiakan dimulai dari awal lagi.

Ruri kemudian memperlihatkan kumpulan maggot yang tengah memakan tumpukan sampah organik tersebut, dan mengambil belatung-belatung itu dengan kepalan tangannya. Ia kemudian melangkah ke penangkaran ikan lele dalam kolam kecil yang tak jauh dari wadah pengolahan sampah organik tersebut.

Ruri kemudian menaburkan belatung itu ke kolam tersebut. Kumpulan lele pun kemudian berlomba memakan belatung yang ditaburkannya itu.

"Pertama urban farming, lalu pengolah sampah dan peternakan dari lele, ini berkesinambungan. Hasil maggot bisa dikasih burung atau lele, ataupun residunya jadi pupuk buat tanah," katanya.

Baca juga: Akademi Komunitas Kelautan: Sampah Belum Dipastikan Penyebab Paus Mati

Adalah Agus hermawan pencetus pemanfaatan belatung ini. Agus yang menjabat sebagai bendahara Paguyuban Pegiat Maggot (PPM) Jawa Barat menawarkan cara pengolahan itu kepada lurah Sukaasih.

Konsep tersebut didapatkannya saat bekerja di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung. Pada tahun 2013, Agus ingin mencoba menyelesaikan masalah sampah organik melalui belatung. Namun stigma masyarakat yang menganggap belatung binatang yang menjijikan menjadi tantangan Agus untuk meyakinkan mereka.

Respons positif

Sampai akhirnya konsep itu pun mendapatkan respons yang baik dari lurah Sukaasih. Pengolahan sampah organik dengan belatung pun akhirnya dimulai bulan Agustus. Hal itu pun diyakinkan dengan bekerja sama dengan peneliti maggot dari ITB.

Namun saat ini, pengolahan sampah dengan belatung tersebut belum massif dilakukan di setiap RW di kelurahan itu, lantaran sosialisasi belum dilakukan secara keseluruhan, hanya beberapa wilayah saja.

Tapi ke depan hal itu akan dilakukan setelah pengembangbiakan ini telah berjalan stabil. Pasalnya tak semua orang bisa mengelola pengembangbiakan maggot ini lantaran membutuhkan waktu dan pengorbanan di awal.

"Sudah saya promosikan, tapi saat ini mah masih belum. Ke depan ada rencana ke sana, mengolah maggot tiap RW. Karena orang yang bisa mengelola maggot ini adalah mereka yang sudah survive secara ekonomi di rumah," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com