Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Warga Banda Aceh Memasak Kuah Beulangong...

Kompas.com - 25/11/2018, 19:33 WIB
Daspriani Y Zamzami,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


BANDA ACEH, KOMPAS.com – Pakcik dari tim Nur Arafah ditunjuk sebagai pengaduk bumbu untuk masakan kari daging, dan dengan sigap ia pun mengaduk bumbu tersebut.

Seperti menari, gerakan tangannya begitu lihai mengaduk aneka bumbu hingga tercampur rata dengan daging, dan setelah menambahkan air secukupnya, gulai kari daging itu pun siap dimasak.

Aksi ini ditunjukkan tim Nur Arafah dalam perhelatan lomba memasak kuah beulangong yang diselenggarakan di Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.

Perlombaan ini digelar dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW yang memperebutkan piala dari Ketua DPRK Banda Aceh, Arief Fadhillah.

Pengamat tradisi kuah beulangong di Aceh, Muhammad Usman (60) alias Abu Usman mengatakan, kuah beulangong adalah sebutan untuk masakan gulai kari daging yang dimasak dalam porsi besar di Aceh.

Baca juga: Tradisi Ramadhan di Aceh Besar, Kuah Beulangong Dimasak Para Lelaki

Dagingnya bisa daging sapi atau daging kambing, sesuai dengan keinginan atau anggaran yang ada.

Tradisi memasak kuah beulangong merupakan tradisi turun temurun pada masyarakat di Aceh.

Kuah beulangong biasanya selalu dimasak dalam porsi besar, karena selalu disajikan dalam sebuah perhelatan besar, seperti pesta pernikahan, upacara aqiqah, kenduri kematian hingga kenduri perdamaian.

Yang dimaksud perdamaian di sini adalah jika ada perseteruan antar-warga dan kemudian masalahnya bisa diselesaikan dan didamaikan, maka untuk wujud syukur perdamaian ini, warga pun menyelanggarakan kenduri dengan memasak kuah beulangong.

“Jadi, tidak heran, jika ada kegiatan memasak kuah beulangong, maka ini akan melibatkan banyak orang di gampong (desa), karena memang memasaknya dalam porsi besar dan orang yang memasak pun ramai, ada yang bertugas mengumpulkan kayu bakar untuk memasak, ada yang bertugas memotong daging, mengolah bumbu masak, dan memotong sayur pendukungnya,” kata Abu Usman, Minggu (25/11/2018).

Secara filososfis, lanjut Abu Usman, kuah beulangong ini juga menunjukkan makna kebersamaan dan silaturahim dalam sebuah komunitas.

“Tidak heran selalu ada kebahagiaan dan kekompakan saat menikmati kuah beulangong di mana saja, yang belum saling kenal pun akan terasa dekat karena kebersamaan yang terjalin tersebut,” kata Abu Usman.

Baca juga: Kuah Beulangong Simbol Perekat Silaturahmi

Selain itu, ada hal unik lainnya juga yang bisa dilihat dari prosesi memasak kuah beulangong, yakni makna penghargaan terhadap kaum perempuan.

"Coba lihat, mengolah kuah beulangong, selalu dilakukan oleh kaum laki-laki, karena memang pekerjaannya lumayan berat, biasanya kaum perempuan nanti akan kebagian saat menata sajian ketika masakan sudah masak,” urai Abu Usman.

Memasak kuah beulangong memang membutuhkan waktu sedikitnya dua jam. Bahan utama kuah beulangong adalah daging sapi atau daging kambing.

Ditambah dengan sayur pendukung seperti nangka muda atau pisang muda. Bahkan, di beberapa tempat di Aceh, bisa juga dicampur dengan sayur pendukung berupa labu air atau batang pisang yang masih muda.

Bumbu-bumbunya di antaranya, cabai merah, kunyit, dan aneka rempah, serta kelapa giling atau ada juga yang menggunakan kelapa gongseng.

Panitia pelaksana lomba memasak kuah beulangong, Azman Ramli mengatakan, ada sepuluh desa dilingkup Kecamatan Baiturrahman yang menjadi peserta lomba, ditambah satu peserta tamu dari Kecamatan Banda Raya dan satu Dayah pengajian Nur Arafah yang juga menjadi peserta lomba.

Baca juga: Polisi Pastikan Hoaks Video Penangkapan 2 Penculik Anak di Aceh Utara

“Selain memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW, kegiatan lomba ini juga untuk menjaga kebersamaan dan silaturahim antar-gampong (desa), agar kekompakan penduduk selalu terjaga dan tidak mudah termakan isu bohong yang bisa memecah persatuan warga,” ujar Azman.

Tidak hanya cita rasa dari kuah beulangong yang menjadi penilaian para juri, tapi juga etika memasak, kebersihan, hingga kekompakan tim dalam memasak.

Setelah dua jam, gulai pun terlihat menggelegak di dalam belanga, ini tandanya gulai siap untuk santap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com