Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tiga Remaja Gunakan Perahu Karet Bantu Korban Banjir di Pekanbaru

Kompas.com - 24/11/2018, 07:43 WIB
Idon Tanjung,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Tiga orang remaja laki-laki secara suka rela membantu korban banjir di Pekanbaru untuk menyelamatkan barang-barang menggunakan sebuah perahu karet.

Mereka adalah Michael (14) siswa SMPN Advent Pekanbaru; M Raga Fadli (14) siswa SMPN Tuah Negeri Pekanbaru, dan Idam Kolil (17). Ketiganya berteman akrab.

Dengan menggunakan sebuah perahu karet milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, mereka berkeliling di Perumahan Witayu RW 11 Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Riau, yang dilanda banjir akibat luapan air Sungai Siak.

Banjir ini sudah terjadi selama sepekan.

Pada Jumat (23/11/2018), tiga sekawan ini terlihat mengantar dan menjemput sejumlah warga ke rumahnya yang terendam banjir.

Mereka membantu membawa barang-barang yang dievakuasi warga dari rumahnya. Tiga remaja ini juga menawarkan para wartawan menaiki perahu karet untuk melakukan peliputan.

"Ayok Bang, naik perahu aja biar lebih gampang meliputnya," ajak Michael kepada beberapa wartawan.

Michael dan Raga Fadli bertugas mendorong perahu dari belakang. Sementara, Idam Kolil duduk di depan mengendalikan perahu.

"Ayo gas mesin," kata Idam kepada Michael dan Raga sambil tertawa.

Tak terlihat kekhawatiran di wajah mereka, meski kawasan yang dijelajahi merupakan kawasan rawa-rawa.

Meski demikian, Raga mengakui, saat ini ada keluhan yang dirasakan di kakinya karena terlalu lama terendam air. Apalagi, mereka juga tidak menggunakan sendal atau sepatu.

"Penyakit yang ada sekarang, seperti kutu air dan gatal-gatal," kata Raga.

Raga dan kedua temannya biasanya memberikan bantuan kepada warga dari pagi hingga sore.

"Kami mulai bawa perahu jam 6 pagi sampai sore. Kami bantu-bantu warga dan angkat barang yang terkena banjir. Kan banyak juga yang ngungsi. Jadi kami bantu bawa aja," ucap Michael.

Sebagai imbalan, ada warga yang memberikan upah suka rela kepada mereka.

"Kadang kami dikasih Rp10 ribu. Kami terima aja. Tapi enggak pernah kami minta, karena kami iklhas bantu, Bang," ujar Michael.

Raga dan Michael mengaku terpaksa tak berangkat ke sekolah karena banjir yang melanda rumahnya.

"Saya dan Raga libur dari sekolah sejak Selasa (20/11/2018) kemarin. Mau gimana lagi. Karena banjir ini jadi susah mandi ataupun mencuci. Mau ke sekolah takut basah, karena ketinggian air di rumah kami lebih satu meter," kata Michael.

Ia mengatakan, perahu karet ini datang sejak Rabu (21/11/2018). Perahu ini disediakan pemerintah untuk mengevakuasi korban dan juga barang.

"Sudah banyak warga yang kami antar pakai perahu ini. Kemudian ada sepeda motor juga," ujar Michael.

Setelah seharian mereka 'bergelut' dengan perahu itu, menjelang malam mereka kembali ke tenda pengungsian untuk beristirahat.

"Kami tidur di tenda di pinggir Jalan Nelayan. Orangtua juga di sana. Rumah kami sudah banjir parah," kata Michael.

Sebanyak 500 warga menjadi korban banjir di Perumahan Witayu.

Sebagian warga mengungsi ke tenda pengungsian yang didirikan dinas sosial. Selain itu, ada warga mengungsi ke rumah saudaranya, dan ada juga yang menyewa rumah.

Bantuan sembako untuk korban banjir ini juga sudah disalurkan oleh pemerintah. Selain sembako, pemerintah juga menyiapkan dapur umum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com