Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ditampilkan sejak 3 Dekade, Saman Bale Asam Jadi Penutup Festival Budaya Saman 2018

Kompas.com - 23/11/2018, 14:06 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia ,
Khairina

Tim Redaksi

BLANGKEJEREN, KOMPAS.com - Saman Bale Asam adalah saman yang dilaksanakan pada siang hari dalam rangka peringatan hari besar bagi masyarakat Suku Gayo di Kabupaten Gayo Lues.

Saman ini dilaksanakan secara bersama-sama di sebuah lapangan dan setiap grup bebas memilih lawannya.

Seperti tertulis di situs resmi milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, dalam acara Bale Saman, biasanya panitia acara akan mengundang grup saman dari berbagai kampung untuk bertemu dan bertanding.

Saman ini terdiri dari Keketer, Rengum, Salam, Gerakan Tari, Ulu Ni Lagu, Anak ni Lagu, Saur, Syair, Guncang dan Penutup.

Konon, tarian ini sudah tidak ditarikan lagi sejak tahun 1980-an.

Maka, setelah tiga dekade, Saman yang memiliki unsur tari, gerak dan vokal yang ditampilkan secara bersama tersebut, akan menjadi penutup rangkaian Festival Budaya Saman 2018 pada 24 November 2018 nanti di Lapangan Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues.

"Seingat saya tarian ini pernah ada saat saya masih SMP, sekitar tahun 80-an, setelah itu saya tidak tahu lagi, pernah atau tidak diselenggarakan Saman Bale Asam ini," kata Kepala Dinas Pariwisata Gayo Lues Syafruddin,Kamis (22/11/2018).

 Baca juga: Tari Saman Jadi Hiburan di Tengah Keheningan Suasana Venue Catur

Dijelaskan, Saman Bale Asam yang merupakan rangkaian kegiatan Festival Budaya Saman  rencananya akan melibatkan 600 penari, yakni 300 penari Saman dan 300 penari Bines.

"Festival Budaya Saman ini terlaksana berkat kerjasama Kemendikbud dan Platform Indonesiana, dengan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues," ujarnya.

Dia menambahkan, Indonesiana adalah platform pendukung kegiatan seni budaya di Indonesia yang bertujuan untuk membantu tata kelola kegiatan seni budaya yang berkelanjutan, berjejaring, dan berkembang.

Indonesiana diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Festival Budaya Saman lanjut Syafruddin, digelar sejak 2 Oktober lalu, dan berakhir pada 24 November.

Dalam pelaksanaannya, Saman yang dijuluki "Tari Tangan Seribu" oleh Ibu Tien Soeharto pada tahun 1972 itu, menjadi topik pembicaraan di Kabupaten Gayo Lues selama kurang lebih satu bulan, baik dalam Seminar Saman, Workshop Gerak dan Syair Saman, Kompetisi Bejamu Saman, Kompetisi Bines, Kompetisi Kopi, Kompetisi Musik Etnik, Kompetisi Kerawang dan kegiatan penutup, Saman Bale Asam.

"Selain penutup Festival Budaya Saman, Saman Bale Asam ini juga sebagai rangkaian penutup Gayo Alas International Mountain Festival (GAMIFest) 2018," ungkap Syafruddin.

Ia menambahkan, selain Saman, Tari Bines juga akan menghibur pengunjung penutupan Festival Budaya Saman yang nantinya digelar pada pagi hari.

Tari Bines biasanya ditarikan oleh para perempuan di Gayo Lues, yang biasanya ditarikan setelah perhelatan saman digelar.

"Di mana ada Saman, biasanya di sana ada Bines," ungkap Syafruddin.

Kompas TV Berikut tiga berita terpopuler rangkuman KompasTV 7 Juni 2018.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com