Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hamzah Sarjana "Pengayuh Becak", di Balik Topeng hingga Menjadi Pegiat Literasi

Kompas.com - 22/11/2018, 17:07 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

Namun, saat acara wisuda, Hamzah melepas topengnya.

“Dulu saya mengayuh becak mencari rezeki dari lorong ke lorong memakai topeng. Sekarang saya tak malu lagi. Saya harus bangga membawa ibu saya dengan becak saya sendiri,” tutur Hamzah kepada Kompas.com, Rabu (21/11/2018).

Baca Juga: Mengenal Ardi Kurniawan, Atlet Paralayang yang Tewas saat Gempa Palu

3. Hamzah menjadi buruh bangunan yang bertopeng

Seperti diketahui, sejak semester 4, Hamzah mulai jarang mengayuh becak lagi. Dirinya mulai menjajal menjadi buruh bangunan atau tukang cat keliling.

Berteman dengan banyak mantan teman sekolahnya yang kini jadi pemborong membuat Hamzah tak kesulitan mendapatkan order atau pekerjaan untuk menopang ekonomi keluarga kecilnya hingga membiayai kuliahnya.

Seperti saat mengayuh becak, saat menjadi buruh cat bangunan gedung sekolah atau rumah pribadi, Hamzah juga memakai topeng saat bekerja.

Alasannya, selain untuk melindungi diri dari panas matahari juga agar ia tak jadi bahan ledekan teman-teman kuliahnya atau mantan teman sekolahnya saat bekerja.
Upah sebesar Rp 75 ribu per hari sebagai buruh cat bangunan, dia kumpulkan untuk membiayai kuliahnya hingga menjadi sarjana ilmu manajemen di UT tempat ia mendaftar.

Baca Juga: Cerita Suparni Yati Atlet Difabel Peraih Medali Emas Asian Para Games, Segera Berangkatkan Mamak Umrah

4. Cita-cita Hamzah mengembangkan literasi

Ilustrasi membaca bukuKucherAV Ilustrasi membaca buku
 

Hamzah mengaku ingin fokus menjadi penggerak literasi agar kegiatan sosialnya itu bisa memberi manfaat kepada orang banyak.

Pemuda kelahiran 2 April 1995 itu juga bercita-cita menjadi pelopor dan penggerak untuk melestarikan bahasa dan budaya Mandar.

Ia menilai bahasa dan budaya Mandar semakin tergerus. Hamzah mengaku akan ikut mencerdaskan masyarakat Majene dengan gerakan becak pustaka yang sudah ia rintis sebelum ia jadi sarjana.

"Menjadi tokoh penggerak literasi itu sebenarnya sudah saya gagas sejak lama. Insya Allah setelah jadi sarjana saya akan fokus mengurus ini,"tutur Hamzah.

Ia berencana menyulap rumahnya di Tanjung Batu menjadi lapak baca. Becak yang selama ini ia kayuh akan disulap Becak Mandar Pustaka yang sudah dirintis bersama sejumlah rekanya yang terlibat sebagai penggiat literasi.

“Becak ini justru akan saya jadikan “Lapak Becak Mandar Pustaka” yang akan menebar virus literasi kemana saja,” jelas Hamzah.

Baca Juga: Atlet Difabel Peraih Emas Dapat Bonus Rp 1,5 Miliar, Bangun Rumah hingga Berangkatkan Haji Sang Ibu

5. Pernah ingin menjadi tentara, namun gagal

Ilustrasi tentara Ilustrasi tentara

Obsesi menjadi tentara adalah impian Hamzah sejak kecil. Kala duduk di bangku SD, keinginannya menjadi tentara makin kuat terutama saat menyaksikan atraksi kemampuan personil TNI yang hebat menaklukkan medan tempur atau membebaskan sandera dari para teroris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com