Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Cirebon Membangun Desa Wisata Gerabah ala Kasongan

Kompas.com - 21/11/2018, 12:57 WIB
Windoro Adi,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Setelah Panjunan gulung tikar, sentra gerabah Sitiwinangun mulai berkibar. Sayang, tak lama. Sebab, produk plastik berkembang di tahun 90-an, menyingkirkan produk produk gerabah di Sitiwinangun.

Kaya ornamen, tahan api

Kadmiya (50), salah seorang pengrajin handal di Sitiwinangun yang ditemui terpisah, Senin, mengakui apa yang disampaikan pasangan suami istri tadi.

“Kasongan unggul di hampir semua lini, kecuali soal kekuatan produk. Sitiwinangun paling unggul karena bahan tanahnya paling baik. Melihat hal itu, para pengrajin Kasongan tidak membuat produk kebutuhan sehari sehari yang bersentuhan dengan api seperti kebanyakan produk produk para pengrajin di Sitiwinangun. Cerdas mereka,” puji Kadmiya.

Produk gerabah di Plered, Purwakarta, Jawa Barat, lanjutnya, unggul di pewarnaan. Pengrajin di sana dan pengrajin gerabah di Pagar Jurang, Mbayat, Klaten, Jawa tengah, unggul dalam soal finishing.

Menurut Kadmiya, sebenarnya para pengrajin di Sitiwinangun mampu melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan para pengrajin gerabah di Kasongan, Plered, Pagar Jurang, maupun para pengrajin gerabah di Bali.

“Yang masih menjadi kesulitan besar para pengrajin di Sitiwinangun adalah pasar. Kami belum mampu melakukan riset pasar, pengembangan pasar, pengembangan desain untuk pasar menengah ke atas. Padahal kami sudah beberapa kali melakukan studi banding ke sana. Sejumlah pameran dan pendampingan dari kementerian dan dinas terkait pun sudah dilakukan,” ungkap Kadmiya.

Padahal di sisi lain, lanjut Kadmiya, Sitiwinangun memiliki banyak ornamen keraton pada gerabah yang berpotensi mengungguli sentra sentra kerajinan gerabah di daerah lain.

Selain itu, Cirebon memiliki bahan tanah yang bagus untuk produk gerabah.

“Kalau sudah menyangkut pasar menengah ke atas, biaya produksi kan lebih tinggi. Kalau gagal, kami rugi,” ujar Kadmiya.

Ia berharap, kerjasama membangun Desa Wisata Gerabah Sitiwinangun antara Kuwu Sitiwinangun, Brata Menggala, dengan Sultan Keraton Kasepuhan, Cirebon, PRA Arief Natadiningrat, Kamis (22/11/2018), bisa memecahkan masalah ini.

Baca juga: Cirebon Akan Segera Punya Desa Wisata Gerabah

“Saya berharap jaringan bisnis sultan dengan kalangan pengelola hotel, dan restoran, properti, dan sejumlah pengusaha lainnya di Cirebon mampu meningkatkan dan menciptakan pasar bagi para pengrajin gerabah di Sitiwinangun. Apalagi beliau kan ‘pemilik’ ornamen ornamen keraton. Dengan demikian kami, para pengrajin, bisa belajar lebih banyak dari beliau,” ujar Kadmiya.

Sebelumnya, Arief menjelaskan, di Sitiwinangun pernah bekerja 1000 pengrajin. Tetapi tahun 2016 tinggal 30 pengrajin.

Melihat kemerosotan produksi dan tenaga pengrajin, Arief berinisiatif menjalin kerjasama dengan Kuwu Sitiwinangun sejak tahun 2016.

“Sekarang sudah ada 70 pengrajin dengan produksi yang meningkat 100 persen,” ucap Arief.

Pada Kamis nanti, Brata Menggala dan Arief akan meresmikan ruang pamer gerabah, gapura, dan balai pertemuan (pancaniti).

“Semoga apa yang diharapkan Pak Kadmiya, bisa terealisir asal semua pemangku kepentingannya mau peduli. Kalau hanya pihak keraton saja, kurang maksimal,” ujar Arief, Rabu (21/11/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com