Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Cirebon Membangun Desa Wisata Gerabah ala Kasongan

Kompas.com - 21/11/2018, 12:57 WIB
Windoro Adi,
Heru Margianto

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Produk gerabah Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Cirebon, sampai sekarang masih didominasi pasar untuk kebutuhan sehari hari.

Produk kendil ari-ari, tempayan tempat empal gentong, pendaringan (tempayan tempat beras) tungku kecil untuk memasak kue basah serabi, dan tungku tungku besar lainnya, seperti disampaikan pedagang Nurwati (38) dan suaminya, Jayadi (38), Senin 19/11/2018), masih menjadi andalan keuntungan mereka.

“Peringkat kedua terbanyak pembelinya adalah memolo (ornamen khas Jawa Barat yang dipasang di atas bangunan), dan topeng Cirebon. Topeng topeng ini sebagai bahan prakarya kalangan siswa SD dan SMP, untuk selanjutnya di warnai atau dilukis,” tutur Nurwati (38), saat ditemui dirumahnya di Blok Sentul, Sitiwinangun.

Beberapa tahun terakhir ini, lanjut Jayadi, produk memolo bertambah.

“Biasanya untuk cukup makam atau gapura makam, rumah, mushola, dan beberapa balai pertemuan desa,” ujar Jayadi.

Menurut Nurwati, dalam sepekan bibinya yang juga berdagang gerabah di depan rumahnya, bisa menjual kendil ari ari sampai 2000 kendil, sementara tempayan tempat empal gentong terjual sampai 200 tempayan setiap bulan.

“Kalau pendaringan, kami bisa melepas 1000 tempayan setiap dua pekan. Dari tangan pengrajin, mereka bisa membuat 200 tempayan setiap dua pekan,” papar Nurwati.

Apa yang disampaikan keduanya mencerminkan, pasar gerabah di Sitiwinangun masih mengandalkan masyarakat tradisional.

“Pembeli produk produk ini bukan cuma berasal dari Cirebon, tetapi juga datang dari Tasikmalaya, Bandung, Indramayu, Majalengka, dan Sumedang. Beberapa sentra gerabah di Cirebon seperti sentra gerabah di Harjawinangun, Sindang Laut, Kedondong, dan Cebor bahkan sering nitip jual ke sini,” ungkap Nurwati.

Nurwati (38), salah seorang pedagang  gerabah di Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Cirebon, Jawa Barat. Ia mengakui, produk gerabah di desanya lebih mengandalkan produk gerabah untuk kebutuhan sehari hari, ketimbang produk gerabah halus. Produk paling laku adalah kendil ari ari, gentong tempat empal gentong, pendaringan (gentong tempat beras), memolo (ornamen khas Cirebon yang dipasang di atas bangunan, tungku kecil untuk memasak kue serabi, dan koi (mangkok tempat peleburan emas).KOMPAS/WINDORO ADI Nurwati (38), salah seorang pedagang gerabah di Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Cirebon, Jawa Barat. Ia mengakui, produk gerabah di desanya lebih mengandalkan produk gerabah untuk kebutuhan sehari hari, ketimbang produk gerabah halus. Produk paling laku adalah kendil ari ari, gentong tempat empal gentong, pendaringan (gentong tempat beras), memolo (ornamen khas Cirebon yang dipasang di atas bangunan, tungku kecil untuk memasak kue serabi, dan koi (mangkok tempat peleburan emas).

Untuk produk gerabah halusan, gerabah hiasan, pot pot besar, kursi dan meja taman, tambah Jayadi, ia membelinya dari Kasongan, Jogjakarta.

“Harus kami akui, produk kasongan lebih unggul karena para pengrajinnya terus berinovasi dengan bermacam bahan non tanah,” ungkap Jayadi sambil menunjukkan satu set meja dan kursi taman gerabah yang dihilasi pecahan kaca.

Pengembangan desain para pengrajin Kasongan pun terus dilakukan.

Ia kemudian menunjukkan gentong gentong oval vas bunga yang dibalut anyaman rotan.

“Yang datang ke sini kebanyakan memang pembeli dari masyarakat tradisional, tetapi saat wisatawan dari luar Cirebon datang, mereka lebih banyak membeli produk gerabah dari Kasongan,” ujar Jayadi.

Menurut Nurwati, sentra gerabah tertua awalnya ada di Panjunan, tetapi setelah kawasan tersebut menjadi kota dengan pemukiman yang padat penduduk, pembakaran terbuka gerabah, dilarang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com