Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Tungku Tiga Batu, Penguat Toleransi di Fakfak, Papua Barat

Kompas.com - 19/11/2018, 20:05 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Di buku itu, Lefaan dan Lelapary juga menjelaskan, “Ko, on, kno mi mbi du Qpona” atau yang dikenal satu tungku tiga batu mengandung arti yang sama, tiga posisi penting dalam kekerabatan etnis Mbaham Matta Wuh.

“Ko, on, kno mi mbi du Qpona” atau satu tungku tiga batu artinya tungku yang berkaki tiga, bukan berkaki empat atau lima. Tungku yang berkaki tiga sangat membutuhkan keseimbangan yang mutlak.

Baca juga: Masjid Menara Kudus, Saksi Hidup Toleransi dari Masa ke Masa (1)

 

Jika satu dari kaki rusak, maka tungku tidak dapat digunakan. Kalau kaki lima, jika satu kaki rusak masih dapat digunakan dengan sedikit penyesuaian meletakkan beban, begitu juga dengan tungku berkaki empat.

Tetapi untuk tungku berkaki tiga, itu tidak mungkin terjadi. Ketiga batu yang sama kuat itu, dilambangkan sebagai tiga pihak yang sama kuat dan menjadi kesatuan yang seimbang.

Abbas Bahambah (61), budayawan Fakfak kepada Kompas.com menjelaskan, pada zaman dahulu, orang Mbaham Matta Wuh memasak di atas tungku unik yang terdiri dari tiga batu besar yang berukuran sama lalu disusun dalam satu lingkaran dengan jarak yang sama sehingga bisa menopang kuali untuk memasak.

“Batunya harus kuat, kokoh dan tahan panas serta tidak mudah pecah. Kayu bakar diletakkan di sela-sela batu untuk memasak. Lalu kuali diletakkan di atasnya untuk memasak. Harus imbang, tidak boleh timpang. Kalau tidak, kuali akan jatuh dan pecah. Itulah simbol. Satu tungku tiga batu itu kemudian menjadi pegangan hidup masyarakat Fakfak. Dulu hanya diwariskan secara turun temurun di keluarga baru sekitar tahun 1990-an dirumuskan secara resmi oleh pemerintah kabupaten,” jelas Abbas.

Abbas menjelaskan, sejak lama Fakfak dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, salah satunya adalah pala. Hal tersebut yang membuat banyak pedagang yang singgah ke Fakfak, termasuk pedagang dari Tidore dan Ternate yang memeluk agama Islam untuk berniaga.

Toleransi tinggi

Nama Fakfak diyakini berasal dari kata pakpak yaang berarti tumpukan batu berlapis yang banyak ditemui di sekitar wilayah pelabuhan. Fakfak kemudian menjadi identifikasi diri warga asli yang bermukim sejak masa nenek moyang yang ditandai dengan nama marga sebagai identitas dan digunakan hingga saat ini.

Lalu mereka disebut "anak negeri" untuk membedakan dengan pendatang dari luar wilayah Fakfak, baik dari dalam maupun luar Papua. Perniagaan dengan Tidore dan Ternate yang kuat menjadi salah satu alasan Islam berkembang pesat di wilayah Fakfak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com