Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Membuat Arumba Hirosima Jepang Jatuh Cinta pada Angklung

Kompas.com - 17/11/2018, 22:21 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Khairina

Tim Redaksi

KUNINGAN, KOMPAS.com – “Angklung itu suaranya bagus. Terbuat dari bahan alam (bambu). Angklung membuat saya merasa tenang,” ungkap Junko Tanizaki saat ditemui Kompas.com, usai turun dari panggung International Angklung Festival Kuningan 2018, di Halaman Gedung Perundingan Linggarjati, Sabtu (17/11/2018).

Hal itu yang membuat salah satu anggota grup angklung Arumba Hirosima dari Jepang itu tekun berlatih. Dia baru mengenal angklung dua tahun lalu. Saat itu juga, Tanizaki mengaku langsung tertarik dan memutuskan untuk fokus belajar angklung di negeri sakura.

“Saya masih baru-baru, masih dua tahun. Sekarang sudah bisa main beberapa lagu. Kalau di Sekolah Jepang, murid-muridnya suka,” kata Tanizaki yang tampak terbata-bata menggunakan bahasa Indonesia.

Dia menyampaikan, alat musik angklung banyak disukai dan mendapatkan respon dari banyak pihak di tempat tinggalnya.

Tanizaki adalah satu dari enam anggota grup Arumba Hirosima. Lima lainnya adalah Kayoko Sasaki, Sumio Hiraoka, Akem Hashimoto, Eiko Kihara, dan Hitomi Sasaki.

Pada penampilan kali ini, mereka membawa empat judul lagu yakni Sapu Tangan, Kokoronotomo, Bigun To Bigin, dan Unimo Koe.

Baca juga: Festival Angklung Internasional Digelar di Linggarjati

Usai membawakan satu lagu, keenam anggota ini saling bertukar posisi. Mereka memainkan tiap alat dengan kemampuan yang sama. Para hadirin tak ragu untuk bertepuk tangan berulang kali dan menyambut penampilan mereka dengan ungkapan kekaguman.

Ketua grup Arumba Hirosima Jepang Kayako Sasaki mengaku bahagia dapat ikut tampil dan meramaikan acara ini. Dia mengaku agak sedikit gugup karena dilihat banyak orang, tapi dia bahagia dan berharap agar kegiatan seperti ini tetap dilestarikan.

“Acara ini bagus, rame-rame, orangnya senang-senang, tempatnya sejuk, orang-orang Indonesia kepada saya tersenyum terus,” katanya yang juga berusaha tetap menggunakan bahasa Indonesia.

Sasaki yang sudah berusia 61 tahun ini bercerita, ia pertama kali mengenal alat musik angklung sekitar 20 tahun lalu. Dia merasa tertarik dan langsung memutuskan untuk belajar kepada warga Indonesia. Tiga tahun kemudian dia kembali ke kampung halamannya dan mengenalkan pada rekannya.

“Suaranya bagus, saya langsung mengumpulkan orang-orang di Hiroshima dan bermain di hadapannya. Latihan seminggu satu kali saja, dan seterusnya,” jelas dia.

 Rekan dan sejumlah kerabat di kampung halamannya mendukung dan mulai latihan secara rutin. Mereka menjadi sebuah grup yang dipanggil dari satu tempat ke tempat lain, misalnya sekolah, panti orang tua, rumah sakit, dan lainnya.

Hingga hari ini ada sekitar 40 judul lagu yang dapat dimainkan tim ini.

Staf ahli bidang multikultural Kementerian Pariwisata Eshty Reko Astuti mengapresiasi penampilan mereka. Dia menilai, siapa pun yang sudah memiliki kecintaan terhadap sesuatu mereka akan sungguh-sungguh mempelajarinya. Arumba Hirosima dari Jepang telah membuktikan itu.

Kegiatan ini juga, kata dia, dihadiri sejumlah pelajar atau mahasiswa perwakilan dari beberapa negara. Mereka adalah pelajar darmasiswa yang mengikuti Sekolah Pariwisata Trisakti yang merupakan program Kementerian Luar Negeri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com