Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nuril: Sebentar Lagi Saya akan Belajar di Sekolah Keadilan

Kompas.com - 17/11/2018, 12:39 WIB
Fitri Rachmawati,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siang itu, Jumat (16/11/2018), Nuril bersiap-siap bersama suami dan anak-anaknya untuk ke Desa Puyung, Lombok Tengah, kampung halamannya.

Kata Nuril, Jumat itu selalu punya makna baginya, karena pada Jumat selalu ada petunjuk akan langkah yang harus diambilnya.

Nuril juga punya catatan khusus soal Hari Rabu, yang dianggapnya sebagai hari penuh kebaikan.

"Saya sih menganggap semua hari baik, tetapi selalu hari Jumat itu ada saja peristiwa yang saya alami dan berbekas, seperti hari ini, Jumat ini saya menerima surat panggilan dari Kejaksaan Negeri Mataram, atas kasus UU ITE yang masih membelenggu saya," kata Nuril.

"Sebentar lagi saya berarti harus bersekolah, anak-anak sudah tahu, termasuk anak saya yang bungsu. Dia bahkan protes kenapa saya harus bersekolah. Dia bilang, ibu tidak perlu pintar dan naik kelas, bahkan dia sampai ikut buat surat untuk Pak Presiden," ungkap Nuril.

Baca juga: Baiq Nuril: Pak Presiden, Saya Minta Keadilan, Saya Cuma Korban...

Beberapa gelas kopi sempat disuguhkan Nuril dan suaminya, Lalu Muhammad Isnaini pada sejumlah tamu yang terus berdatangan, mulai dari aktivis NGO, mahasiswa, jurnalis yang datang meliput, para calon legislatif (caleg), utusan para pejabat, dan keluarga serta tetangga yang selalu memberi dukungan terbaik mereka bagi Nuril.

"Siapapun yang datang kami harus menyambut mereka dengan baik, karena kami yakin tujuan mereka semata-mata ingin membantu. Saya tidak akan lelah menyampikan apapun yang mereka tanyakan, semakin banyak yang membantu makan akan semakin banyak yang mendengar apa yang saya alami," kata Nuril.

Nuril bersama suaminya, Lalu Isnaini (kaos krem), berbincang dengan aktivis SAFEnet dan PAKU (Payuguban Korban UU ITE) di rumahnya di Labuapi, Lombok Barat.KOMPAS.com/ FITRI RACHMAWATI Nuril bersama suaminya, Lalu Isnaini (kaos krem), berbincang dengan aktivis SAFEnet dan PAKU (Payuguban Korban UU ITE) di rumahnya di Labuapi, Lombok Barat.

Bekerja serabutan

Ketika para tamu telah pulang, Nuril menyempatkan diri membersihkan pekarangan rumah. Dia biasa bersama suami bekerja sama melakukan pekerjaan rumah. Apalagi, semenjak keduanya tak lagi bekerja karena kasus yang menjerat Nuril. 

Sempat Nuril berjualan nasi bakar. Suaminya mencoba menjajal GoFood, melayani kebutuhan rekan-rekan mereka untuk makan siang atau sarapan.

"Sempat berjalan, lumayan lancar, tapi begitu putusan MA keluar dan menyatakan istri saya bersalah, itu juga di hari Jumat. Saya menghentikan semua aktivitas saya, itu mungkin Go Food terakhir saya, semua waktu akan saya curahkan untuk mendampingi istri saya," kata Isnaini berkaca.

Baca juga: Fakta Penting Kasus Baiq Nuril, Penjelasan MA hingga Surat untuk Jokowi

Kehidupn ekonomi Nuril dan keluarganya memang tersendat sejak Nuril dipecat dari pekerjaanya. Kondisi perekonomian keluarga mereka sempat membaik saat Isnaini bekerja di kawasan Gili Terawangan.

Namun, begitu Nuril ditahan, Isnaini terpaksa berhenti bekerja untuk menjaga anak-anak mereka. 

Kata Nuril, mereka sempat lega karena telah diputus bebas, tetapi begitu MA mengeluarkan kabar pahit untuknya, semua rencana mereka kandas. Warung online yang sudah dirancangnya bersama suami terhenti.

Bagi Nuril, itu adalah ujian baginya dan keluarga. Dia akan berusaha menjalani dengan kuat.

"Mungkin nanti saya memang harus sekolah seperti si kecil menyebut rumah tahanan, sekolah mencari keadilan untuk diri saya, ini angat berat...berat sekali," katanya tak lagi berlinang air mata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com