Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Banyumas dan Kebumen Tewas Diserang Babi Hutan, Ini Tanggapan BKSDA

Kompas.com - 16/11/2018, 16:30 WIB
Iqbal Fahmi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Serangan babi hutan yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah, dalam kurun waktu sepekan ini semakin menjadi.

Dua korban tewas, sementara tiga lainnya mengalami luka-luka akibat diamuk hewan liar yang tiba-tiba turun ke perkampungan warga tersebut.

Korban pertama yakni Sunardi (65) warga RT 002 RW 005 Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Senin (12/11/2018). Sunardi tewas dengan luka di sekujur tubuh.

Sementara Sudarti (55), tetangganya, juga harus mendapat perawatan medis akibat diserang babi yang sama.

Baca juga: Imbas Kekeringan, Babi Hutan Masuk ke Rumah Warga

Di Purbalingga pada hari itu juga, seekor babi hutan juga masuk ke perkampungan dan menyerang Watori (60), warga RT 004 RW 002 Desa Tlahab Kidul, Kecamatan Karangreja.

Akibatnya, korban menderita luka robek di kepala, betis kaki kanan, paha kanan, dan dua jarinya putus.

Sementara sehari sebelumnya, konflik antara hewan liar dan warga juga terjadi di Desa Kedunggede, Kecamatan Lumbir, Banyumas, Minggu (11/11/2018).

Babi dewasa tersebut masuk ke perkampungan dan menyerang Miarto Saprul (74), warga RT 003 RW 004, hingga menyebabkan korban mengalami memar pada bagian perut dan luka di kaki kiri.

Di saat yang sama, anak korban bernama Kasilem melihat hal tersebut dan hanya dapat berteriak minta tolong. Kasilem yang memiliki riwayat sakit jantung dan darah tinggi panik hingga pingsan kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Baca juga: Kena Perangkap Babi Hutan, Pria Ini Terjebak di Hutan Dua Minggu

Menanggapi hal tersebut, Petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah Seksi Konservasi Wilayah II Pemalang-Cilacap, Teguh Arifianto mengatakan, faktor utama penyebab turunnya babi hutan ke pemukiman warga adalah sempitnya ruang habitat satwa.

“Perluasan hutan produksi dan semakin dalamnya pemukiman menjorok ke perbatasan hutan membuat ruang gerak satwa semakin sempit, sehingga dalam penjelajakan keluar habitatnya berpotensi menimbulkan konflik,” kata Teguh.

Khusus untuk peristiwa di Kebumen, Teguh menilai, kondisi hutan masih cukup bagus. Namun, populasi babi hutan juga cukup banyak dikarenakan tidak adanya predator alami seperti macan tutul atau macan kumbang.

“Diduga babi hutan yang mengamuk tersebut kalah bersaing dan terusir dari kelompoknya sehingga keluar dari habitatnya dan menuju permukiman atau lahan milik warga,” ujar dia.

Pada prinsipnya, dalam konflik antara manusia dan satwa, selalu lebih diutamakan keselamatan nyawa manusia.

Namun upaya pencegahan tentu wajib dimaksimalkan terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan untuk melumpuhkan. Untuk itu, manusia diharapkan selalu menghindari perjumpaan secara langsung dengan satwa yang berpotensi menimbulkan konflik.

Baca juga: Hendak Berburu Babi Hutan, Warga Temukan Mayat di Rumah Kebun

“Selain itu, warga juga sebaiknya membuat sistem keamanan lingkungan (Siskamling) dan memasang alat yang menimbulkan bunyi-bunyian keras seperti kaleng atau kentongan sehingga dapat mengusir satwa,” beber dia.

Saat ini, lanjut Teguh, kasus babi hutan di sejumlah wilayah tengah mendapat penanganan mengingat satwa tersebut belum dilindungi oleh Undang-Undang.

Dia mengimbau masyarakat untuk melaporkan kepada Balai KSDA Jawa Tengah jika membutuhkan penanganan lebih lanjut terkait konflik dengan satwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com