Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Menabung Hewan Ternak dan Emas untuk Persiapan Musim Kemarau

Kompas.com - 15/11/2018, 14:25 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tahun masyarakat Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengalami kekeringan, dan sebagian diantaranya harus menabung saat musim penghujan tiba, lalu menjualnya pada saat musim kemarau. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengupayakan pemenuhan air sampai ke tingkat dusun untuk mengurangi kebutuhan.

Salah seorang warga, Dusun Gebang, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Sumiran (50) menyampaikan sebagai buruh usaha penggergajian kayu dengan upah Rp 300.000 per minggu hasilnya cukup lumayan untuk kehidupan di desa, karena untuk nasi diperolehnya dari padi yang ditanam di ladang, demikian pula untuk sayuran.

Saat musim penghujan, dirinya tak perlu mengeluarkan anggaran membeli air bersih. Saat musim penghujan, dirinya dan keluarga membeli kambing sebagai tabungan saat musim kemarau tiba.

"Biasanya kalau musim penghujan air tidak membeli, uangnya untuk membeli hewan seperti kambing. Nanti dijual saat musim kemarau, selain uangnya untuk membeli air bersih. Juga saat kemarau harga pakan ternak mahal karena di sini tidak ada air untuk menanam pakan," katanya saat ditemui di Balai Desa Girisuko, Kamis (15/11/2018).

Baca juga: Bank Sampah Berbasis Sekolah, Secercah Harapan Kurangi Sampah Plastik

Penjualan hewan ternak saat musim kemarau jamak dilakukan warga sekitar dusun Gebang. Mengingat untuk membeli air bersih harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 150.000 per tangkinya dengan isi 5.000 liter air.

"Satu tangki bisa digunakan untuk 10 hari tergantung jumlah keluarganya. Kalau ditempat saya paling maksimal dua minggu sudah beli air,"ucapnya

"Kondisi buruh seperti saya begini paling mudah menjual kambing. Karena selama 6 bulan dipelihara (saat musim penghujan), dan dijual saat musim kemarau hasilnya cukup lumayan," ujarnya.

Warga lainnya, Suradi mengakui hal yang sama, pekerja buruh bangunan ini memilih menabung hewan dan emas. "Biasanya istri saya membeli emas saat musim penghujan, lalu menjualnya saat dibutuhkan seperti membeli air di musim kemarau," imbuh dia.

Pipanisasi

Pejabat Kepala Desa Girisuko, Subadi mengatakan, upaya penyediaan air bersih terus dilakukan untuk mengurangi persoalan air bersih di Desa Girisuko.

Salah satunya kegiatan gotong-royong memasang pipa dengan panjang 5 kilometer untuk mengalirkan air ke rumah warga.

"Upaya pemasangan pipa dengan mengambil air dari sumber mata air 'Tuk Sarining Kembang' di Dusun Gebang didukung salah satu badan usaha milik negara (BUMN) PT Kimia Farma Tbk,"katanya

Sebelum ada pipanisasi, warga harus berjalan cukup jauh untuk mengambil air. Itu saja harus dilakukan sampai tiga kali untuk bisa mencukupi kebutuhan air setiap hari, masyarakat setempat terkendala untuk mengalirkan air ke permukiman karena letaknya yang sangat dalam di gua-gua.

Salah satu cara adalah dengan pengangkatan air didukung dengan tersedianya air sampai rumah melalui pipanisasi.

Bahkan tidak jarang yang harus membeli air dari tangki swasta. Setelah pipa terpasang dipasang empat buah tandon air (water torn).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com