Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Bekas Jamban Disulap Jadi Tempat Wisata Ikan

Kompas.com - 14/11/2018, 11:22 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Khairina

Tim Redaksi


Awal Mula

Pada awal penyadaran masyarakat, tentu tidak serta merta berjalan mulus. Kondisi sumber daya manusia warga yang rata-rata berpendidikan menengah ke bawah menjadi tantangan tersendiri. Untuk bisa diajak mewujudkan mimpi besar, membutuhkan waktu.

Kepala Desa Jambu Agus Joko Susilo menggugah warganya dengan terus menerus melakukan sosialisasi pada tiap kali tatap muka dengan warga desa.

"Terutama saat musyawarah Dusun," ujar Kades Agus.

Dia menggugah masyarakat dengan keluh kesahnya perihal sungai kotor dan penuh jamban.

Situasi itu, saat itu, tentu bertolak belakang dengan kondisi kampung yang kerap mendapat tamu wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Sebab, di kampung itu kebetulan juga sedang berkembang beberapa destinasi wisata lainnya. Mulai dari wisata pertanian hingga pendidikan.

Atas dasar itulah warga kemudian menyadari dan berkenan berubah. Mereka kemudian bergotong-royong membersihkan sungai selama kurang lebih 15 hari.

Pembersihan itu meliputi pembersihan sampah, pengerukan, hingga penebaran bibit ikan.

Penyadaran juga dilakukan pada bidang keramahan, yang menjadi salah satu modal utama bagi usaha jasa.

"Diajari juga beramah tamah menyambut tamu," imbuh Agus.

Baca juga: Menteri Yohana Kukuhkan 1.500 Srikandi Penjaga Sungai Indonesia

Agus menambahkan, dari kemauan masyarakatnya untuk berubah dan juga turut berpartisipasi dalam perubahan itu sendirilah yang mendorong capaian itu.

Sebab, kata dia, seluruh pengelolaan tempat yang kini disebut dengan Wisata Sungai Sejuta Ikan itu semuanya benar-benar diawali dari masyarakat dan kini juga dikelola sendiri secara swadaya oleh masyarakat sekitarnya.

"Kesadaran kolektif yang menggerakkannya," ujar Kades Agus.

Meski tidak ada pungutan biaya alias gratis untuk bisa menjangkau lokasi wisata itu, menurut Kades, warga sudah cukup banyak diuntungkan secara finansial.

Pemasukan masyarakat dihasilkan dari uang parkir yang hanya Rp 2.000 dan juga dari sentra kuliner yang setiap harganya dibanderol dengan harga merakyat.

Perputaran uang yang ada itu menurutnya mampu menumbuhkan dan mengangkat perekonomian warga sekitar.

Hal yang tidak kalah pentingnya, lanjut kades yang sudah menjabat sejak tahun 2014 ini, adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kepedulian lingkungan, kesehatan, hingga menjaga ekologi.

"Dulu sungai ini jamban, sekarang sudah tidak ada lagi jamban," kata Kades.

Atas berbagai upaya itu, Desa Jambu telah berhasil menyabet prestasi berupa penganugerahan Anugerah Desa 2018 dari pemerintah setempat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com