Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Ibu Tak Tahu Rachel di Mana, Selamat Ulang Tahun, Nak..." (2)

Kompas.com - 14/11/2018, 09:34 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com — “Selamat ulang tahun, Nak... Ibu tidak tahu Rachel di mana sekarang. Semua doa terbaik buatmu anakku sayang. Semoga kau dan adikmu baik-baik saja...”

Lirih doa itu diucapkan Henita Pangke (40).

Ya, kemarin, 13 November 2018, adalah hari ulang tahun putri sulungnya, Rachel Arnee Putri. Rachel menginjak usia 21 tahun.

Hanya doa yang bisa dipanjatkan Henita untuk Rachel yang hingga kini belum diketahui keberadaannya bersama adiknya, Aldo Ramadhan, pascabencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, pada 28 September 2018 lalu.

Baca juga: Hati Kecilku Bilang, Anak-anakku Masih Hidup (1)

Sebagai seorang ibu, Henita sangat menyesal karena saat bencana terjadi, dia tak bersama suami dan anak-anaknya. Namun, dia tetap tabah dan ikhlas menjalani kehidupan ini.

Saat bencana alam melanda, Henita tengah melakukan perjalanan ke Batam, Kepulauan Riau, untuk menghadiri sebuah kegiatan. Dari Palu, dia berangkat ke Bandara Mutiara Sis Aljufri menuju Batam dan transit di Jakarta, Jumat (28/9/2018) pagi.

Saat transit di Jakarta, Henita sempat kontak via video call dengan suaminya, Muhammad Akbar. Dalam obrolan singkat itu, sang suami berencana pergi ke acara Festival Palu Nomoni setelah maghrib.

Singkat cerita, setelah lama transit di Jakarta, pesawat yang ditumpangi Henita mendarat sekitar pukul 17.00 Wita. Turun dari pesawat, dia langsung mengaktifkan telepon seluler.

Baca juga: Petaka di Petobo, Aspal seperti Gelombang dan Lumpur Keluar dari Perut Bumi, seperti Mau Kiamat

 

Saat teleponnya aktif, sebuah pesan singkat masuk yang menginformasikan bahwa telah terjadi gempa dan tsunami di Palu.

“Pikiran saya, ah kalau terjadi tsunami, tidak mungkin sampai Petobo karena di ketinggian. Saya coba hubungi suami dan anak saya tapi semua tidak aktif. Tapi saya sempat berkomunikasi dengan Bunga, anak saya yang ketiga yang saat itu ada di sekolahnya. Saat itu, belum ada rasa cemas sama sekali. Akhirnya saya tahu kabar anak saya yang ketiga. Hanya suami dan tiga anakku yang belum berkabar,” tuturnya.

Henita galau dan coba menghubungi rekan-rekannya di Palu. Sekitar pukul 23.00 Wita, ada temannya yang menginformasikan bahwa Petobo tidak bisa dimasuki karena terjadi longsor.

Pikiran buruk berkecamuk.

Dia masih tak yakin bahwa longsor bisa terjadi di Petobo karena lokasinya jauh dari pegunungan. Dia belum percaya.

Baca juga: Di Depan Sandiaga, Gubernur Longki Mengaku Tak Berada di Palu Saat Gempa dan Tsunami

Malam itu juga, dia langsung menghubungi Julian yang merupakan pacar Rachel, putri sulungnya. Julian diminta untuk mengecek kondisi Petobo.

Sekitar pukul 14.00 Wita, Julian pergi ke Petobo. Henita kaget dan tidak percaya melihat kondisi Petobo dini hari itu melalui pesan yang disampaikan Julian. Dia langsung lemas dan memutuskan membatalkan kegiatannya di Batam untuk secepatnya kembali ke Palu.

Akhirnya, dengan pikiran tak menentu, Henita kembali membeli tiket Batam-Jakarta, Sabtu (29/9/2018) pagi.

“Sampai di Jakarta, saya berpikir bagaimana cara bisa sampai ke Palu dengan segera. Saya buka informasi soal info Palu dan saya dapat soal penerbangan menggunakan pesawat Hercules dan akhirnya saya ke Halim,” ujarnya.

Menurut dia, belum ada penerbangan komersial yang dibuka untuk ke Palu pascagempa. Saat di Halim, dia pun akhirnya mendapat tumpangan karena kebetulan ada pesawat Hercules yang akan terbang ke Palu.

Saat menunggu penerbangan ke Palu, sekitar Minggu (30/9/2018) pukul 03.00 WIB, Henita akhirnya bisa melakukan panggilan video call dengan suaminya lewat ponsel temannya.

Akbar, lanjut dia, mengabarkan bahwa hanya dirinya dan anak bungsunya Gibril (9) yang selamat. Bunga juga selamat, tetapi Rachel dan Aldo belum diketahui kabarnya.

“Saat kejadian, suami saya sedang jemput Gibril di Masjid, yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah kami. dia mengira kalau ini kiamat. Karena rumah dua tingkat itu dia lihat terangkat. Suamiku sempat lihat gundukan tanah bergerak dan meluncur ke bawah. Suami saya langsung balik arah, karena tidak mungkin kembali ke rumah lagi,” tuturnya. 


BERSAMBUNG: Baca juga: Aku Tak Tahu Rencana Allah, Hanya Berdoa agar Tahu di Mana Anak-anak Sekarang... (3)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com