Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi El Nino di 2019, BPPIKHL Bersiap Cegah Karhutla

Kompas.com - 12/11/2018, 08:36 WIB
Idon Tanjung,
Khairina

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Fenomena el nino diprediksi akan meningkat di tahun 2019 mendatang di Indonesia, yang berdampak terjadinya kemarau panjang.

Kondisi ini dikhawatirkan meningkatnya titik panas (hotspot) memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatera, khususnya Provinsi Riau.

Hal ini dikatakan Israr Albar, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan wilayah Sumatera usai pemaparan kegiatan publikasi pengendalian kebakaran karhutla di Riau bersama Manggala Agni dan BPBD Riau di Hotel Swiss-Belinn di Pekanbaru, Minggu (11/11/2018).

"Kami lihat dari prediksi BMKG, kemudian Bureau of Meteorology Australia dan Jamstec Jepang, institusi ini memperkirakan akan terjadi kemarau panjang atau el nino yang akan terjadi mulai Februari-Maret 2019," sebut Israr.

Baca juga: Atasi Kemarau, Pemprov Jabar Akan Lakukan Rekayasa Cuaca

Untuk mengantisipasi dampak yang memungkinkan akan lebih parah lagi, pihaknya mengaku akan bekerja sama dengan pihak lainnya.
 
"Dampak yang kami antisipasi yakni kebakaran hutan dan lahan. Ini juga akan menjadi tantangan bagi kami ke depan," kata Israr.

Dia menuturkan, di Provinsi Riau saat ini sudah ada empat Daerah Operasi (Daops) Manggala Agni, yang akan siap mencegah terjadinya karhutla. Diantaranya, Daops Pekanbaru, Siak, Kampar, dan Daops Rokan Hulu.

Namun, jumlah personel Manggala Agni yang tergabung dalam Tim Satgas Karhutla Riau, saat ini masih belum cukup dibandingkan dengan kondisi wilayah yang rawan terjadinya karhutla.

Sehingga, BPPIKHL berencana menambah personel di tahun 2019 untuk di wilayah Riau.

"Untuk penambahan personel itu level pimpinan sebenarnya. Kami lihat nanti. Tapi setidaknya kami lihat di Daops Rengat dan Dumai, itu sumber daya manusianya masih kurang. Tahun depan akan kami lengkapi, sehingga satu regu berjumlah 15 orang. Saat ini ada 17 Daops di seluruh wilayah Sumatera," jelas Israr.

Baca juga: Kebakaran Hutan di California, 9 Tewas dan 150.000 Mengungsi

Sementara itu, Daops Pekanbaru Edwin Putra mengakui kekurangan personel Manggala Agni di wilayah Riau.

"Jumlah personel kami memang masih kurang. Satu orang personel memiliki tanggung jawab menjaga 72.926 hektare," ujar Edwin pada wartawan.

Sementara untuk sarana dan prasarana pencegahan dan pemadaman api, menurutnya sudah cukup. Hanya saja, untuk tahun depan dibutuhkan kamera drone.

"Kami butuh kamera drone untuk mencari titik api. Tahun depan akan ada di setiap Daops," kata Edwin.

Selain itu, juga dibutuhkan GPS untuk mendukung kegiatan Masyarakat Peduli Api (MPA), binaan Manggala Agni.

"Saat ini kami sudah ada 60 orang anggota MPA. Sayangnya, mereka terkendala peralatan. Kami cuma bisa mendampingi. Jadi kami berharap ada regulasi khusus bisa digunakan untuk kegiatan pengendalian karhutla. Tahun depan akan berikan GPS," ungkap Edwin.

Sementara itu, dalam kegiatan publikasi pengendalian kebakaran karhutla di Riau, BPPIKHL memaparkan penanganan karhutla di Riau.

Selain itu, masing-masing Daops dan BPBD Riau juga memaparkan hasil kegiatan penanganan karhutla, baik itu pemadaman, pencegahan dan sosialisasi ke masyarakat.

Kompas TV Menurut warga, api berasal dari salah satu rumah dan dengan cepat merambat ke sejumlah rumah disekitarnya. Material bangunan rumah warga yang kebanyakan terbuat dari kayu memicu api menjalar dengan cepat dan menghanguskan rumah yang berdekatan.<br /> <br /> Dugaan sementara pemicu kebakaran akibat tabung gas 3 kilogram yang meledak di salah satu rumah warga saat sedang digunakan masak. Api baru dapat dipadamkan setelah tiga unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi untuk memadamkan api. Meski demikian kebanyakan korban tak sempat menyelamatkan harta bendanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com