Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Mabuk Murah Meriah, dari Losion Antinyamuk hingga Pembalut Wanita

Kompas.com - 10/11/2018, 09:55 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com — Fenomena remaja mabuk dengan cara yang tak lazim yakni dengan meminum air rendaman pembalut wanita mengentak masyarakat. 

Ironisnya lagi, hasil temuan dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jateng menyebut bahwa beberapa remaja penikmat air rebusan pembalut yang diamankan di Kudus, Jateng, itu ngefly dengan cara merebus pembalut bekas.

"Pembalut bekas yang dipungut di sampah direbus dengan air, setelah dingin kemudian diminum bersama-sama. Selain pembalut bekas, perkembangannya juga menggunakan pembalut baru," kata Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Jateng AKBP Suprinarto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/11/2018).

Disampaikan Suprinarto, diamankannya beberapa remaja yang memilih teler dengan menikmati air rendaman pembalut di Kudus itu atas laporan dari masyarakat.

Baca juga: BERITA POPULER NUSANTARA: Politik Genderuwo hingga Mabuk Pembalut

 

Para penggunanya adalah remaja berusia 13-16 tahun yang dalam keseharian diketahui sebagai anak jalanan.

Para anak jalanan itu semula coba-coba setelah menerima informasi dari mulut ke mulut tentang efek memabukkan dari rendaman pembalut wanita.

Sebelumnya pada 2016, fenomena serupa juga ditemukan di Belitung dan Karawang.

Keterangan dari para anak jalanan, efek yang ditimbulkan setelah minum rendaman pembalut wanita yakni seperti melayang-layang selayaknya sensasi mengonsumsi narkotika.

Bahkan, mereka akan berhalunisasi. Hal itu lantaran kandungan zat kimia berupa klorin dalam pembalut wanita.

"Bahkan, informasinya di Jakarta juga ditemukan. Di Kudus kami amankan lebih dari satu remaja. Salah satunya warga Grobogan. Setelah mereka diinterogasi, rebusan pembalut dinikmati beramai-ramai. Ada belasan remaja yang sering ikut berpesta katanya. Karena belum ada sanksi, ya direhabilitasi dan diedukasi. Pihak keluarga juga kami hubungi," kata Suprinarto.

Baca juga: Remaja Mabuk Pembalut Bekas Ambil Buangan dari Tempat Sampah

Gaya hidup bebas yang jauh dari jangkauan orangtua serta keluar dari zona pendidikanlah yang mengakibatkan mereka nekat menikmati rebusan pembalut wanita. Faktor ekonomi dinilai juga menjadi salah satu penyebab.

"Karena lebih terjangkau tak harus mengeluarkan kocek yang banyak untuk mabuk. Murah meriah dan sangat berbahaya. Mulai dari mabuk lem, jamur teletong, kecubung, lotion antinyamuk, obat pembasmi nyamuk, dan kini rendaman pembalut wanita. Rata-rata anak jalanan memang tidak terkontrol. Ini peran semua pihak untuk mencegahnya," pungkasnya.

 

Kasus baru

Fenomena ngefly menggunakan rebusan pembalut yang ramai jadi perbincangan akhir-akhir ini, menurut Kepala Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Kudus, Jawa Tengah, AKP Sukadi, adalah kasus terbaru yang belum pernah ditemukan polisi di Kudus.

Karenanya, Polres Kudus akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi di wilayah hukumnya.

"Selama ini tidak ada kasus ngefly rebusan pembalut di Kudus. Kemungkinan yang tertangkap mabuknya di daerah lain, namun tertangkap di Kudus. Kami akan terus gencarkan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolahan. Untuk anak jalanan, Satsabhara diimbau rutin berpatroli dan bersosialisasi," kata Sukadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kabupaten Kudus Lutful mengatakan, kasus remaja yang teler dengan menyalahgunakan rebusan pembalut merupakan kasus yang baru di Kudus.

Baca juga: Di Banyuwangi, Ada Miras yang Dicampur Obat Anti Nyamuk

Sebagai instansi pemerintah yang bertugas mengurus anak jalanan, pihaknya belum pernah sekali pun menemui kasus tersebut di Kudus.

"Sungguh ironis. Kami terkejut karena kasus ini tergolong baru bagi kami. Sampai saat ini belum ada temuan dari kami," kata Lutful.

Untuk mengetahui secara detail temuan kasus yang tak lazim itu, pihaknya akan segera menerjunkan tim internal untuk mencari informasi.

"Selama kami melakukan razia anak jalanan, sangat jarang mereka ditemukan dalam keadaan mabuk," katanya.

Selebihnya, mereka yang terjaring razia langsung ditempatkan di rumah singgah tanpa ada interogasi mendalam terkait aktivitasnya.

Baca juga: Mabuk Lem, Dua Siswi SMA Digelandang Polisi

 

Di dalam rumah singgah mereka hanya dilakukan pendataan, untuk kemudian dipulangkan ke rumah mereka masing-masing.

"Anak jalanan yang asli Kudus langsung saya kontak ke kepala desanya untuk diambil. Untuk yang luar kudus, keesokan hari dipulangkan," kata dia.

Temuan kasus mabuk dengan air rebusan pembalut memang cukup aneh baginya. Menurut dia, selama ini kenekatan anak jalanan yang pernah ditemui yaitu mengonsumsi obat batuk melebihi dosis, menghirup lem, atau mengoplos miras dengan losion antinyamuk.

"Kita akan berupaya semaksimal mungkin menyosialisasikan kepada para anak jalanan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com