Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Relawan Memopulerkan Bisindo, Bahasa Isyarat untuk Teman Tuli

Kompas.com - 10/11/2018, 09:29 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Wajah Maskanah (30) terlihat bahagia setelah mengikuti gerakan tangan Maulana Aditya dan Jaepry Minaka, anggota Akar Tuli (Aksi Arek Tuli Malang), mahasiswa Universitas Brawijaya yang mengajarkan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) di salah satu cafe di Banyuwangi Jumat (9/11/2018).

Kepada Kompas.com, Maslika mengaku dengan belajar Bisindo, dia semakin mudah berkomunikasi dengan Raihan (7), anak keduanya yang tuli

"Sejak dia sekolah di SLB, dia sering berkomunikasi dengan bahasa yang kadang tidak saya pahami. Akhirnya ibunya harus download dulu di internet. Belajar lagi. Tapi kalau gini kan enak. Langsung praktek," kata Maslika.

Perempuan yang berhijab tersebut mengaku selama ini tidak ada masalah saat berkomunikasi dengan anaknya karena keluarganya sudah memahami gerak dan gestur Raihan saat berkomunikasi.

Baca juga: Cerita Relawan PLN Naik Hercules hingga Tugas di Zona Bencana Sulteng

 

Namun setelah Raihan sekolah, dia mempelajari beberapa bahasa isyarat yang digunakan untuk berkomunikasi di sekolahnya yang tidak dipahami oleh keluarganya.

"Nanti bapaknya harus juga belajar Bisindo. Enggak cuma saya. Jadi enak kalau komunikasi," katanya sambil tertawa

Selain Maslika, ada sekitar 40 orang orang yang belajar Bisindo. Mereka adalah guru-guru SLB, guru sekolah inklusi dan orang tua yang memiliki anak tuli.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Matahari Banyuwangi yang bertujuan untuk menyosialisasikan Bisindo kepada masyarakat.

"Awalnya pelatihan ini hanya untuk guru-guru kami. Kemudian saya berpikir, ini ilmu yang harus dibagikan kepada orang banyak. Akhirnya kami mengundang beberapa sekolah yang selama ini aktif bekerja sama dengan yayasan Matahari," jelas Andriena Marcelia, ketua yayasan Matahari kepada Kompas.com, Jumat (9/11/2018).

Yayasan Matahari Banyuwangi adalah lembaga pendidikan dan pelatihan untuk program-program pendidikan kebutuhan khusus dan konseling.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Bunda Nina, selama ini dirinya dan beberapa guru sering kesulitan berkomunikasi dengan penyandang tuli apalagi jika mereka tuna ganda.

Baca juga: Cerita Relawan Bantu Pemudik yang Tak Bisa Tulis Namanya Sendiri (1)

 

"Kami berharap dengan pelatihan ini, ada wawasan baru bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Mengapa melibatkan guru sekolah inklusi, karena nantinya, anak-anak kami akan bersekolah di sana dan para guru yang akan sering berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan mereka," jelasnya Bunda Nina.

Sementara itu Nisrina Firdausi, relawan Akar Tuli kepada Kompas.com menjelaskan jika Bisindo membutuhkan gesture dan ekspresi sehingga mudah dipahami oleh ke penggunanya.

Berbeda dengan bahasa isyarat lainnya, Bisindo berkembang alami dilingkungan penggunanya yaitu para penyandang tuli.

"Ada bahasa isyarat yang diciptakan oleh mereka yang dengar, dan tentunya akan sulit diterima oleh kawan-kawan yang tuli. Mereka yang tuli lebih mengetahui apa yang mereka butuhkan termasuk kebutuhan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi," jelas Nisrina yang sudah menjadi relawan di Akar Tuli sejak tahun 2013 lalu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com