Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BERITA POPULER NUSANTARA: Politik Genderuwo hingga Mabuk Pembalut

Kompas.com - 10/11/2018, 07:17 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Laksono Hari Wiwoho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berita populer di akhir pekan diwarnai dengan pernyataan Presiden Joko Widodo tentang "genderuwo" atau sejenis makhluk astral yang sering diidentikkan dengan sifat suka menakut-nakuti orang.

Selain itu, berita tentang seorang sopir di Buton Tengah yang mengamuk di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) juga mendapat perhatian pembaca. Sopir tersebut geram ketika petugas SPBU hanya melayani pengisian jeriken milik warga daripada kendaraan yang telah berjam-jam mengantre.

Liputan seputar remaja di Kudus yang merebus pembalut wanita untuk digunakan mabuk bersama, juga menjadi sorotan sekaligus keprihatinan.

Berikut ini 5 berita populer Nusantara, Sabtu (10/11/2018).

1. Alasan sopir truk mengamuk di SPBU

Puluhan warga berkerumun sambil membawa jeriken untuk mengisi bahan bakar minyak di SPBU Desa Lombe, Kecamatan Gu, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/11/2018). KOMPAS.com/DEFRIATNO NEKE Puluhan warga berkerumun sambil membawa jeriken untuk mengisi bahan bakar minyak di SPBU Desa Lombe, Kecamatan Gu, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/11/2018).

Seorang sopir truk mengamuk di SPBU Desa Lombe, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Pasalnya, petugas SPBU lebih memilih mengisi minyak ke dalam tumpukan jeriken daripada mengisi kendaraan yang telah mengantre berjam-jam.

"Sudah berjam-jam mengantre solar. Langka solar ini, yang diisi cuma 5.000 liter. Ada juga jeriken yang diisi," kata Laidu, salah satu sopir truk yang mengantre, Jumat (9/11/2018).

Dari pantauan Kompas.com, di SPBU tersebut tampak antrean kendaraan mobil truk memanjang hingga 3 kilometer selama berjam-jam lamanya.

Sopir yang geram akhirnya mengamuk dan mencoba membubarkan kerumunan warga yang mengantre dengan jeriken.

Bagaimana tanggapan para warga yang antre jeriken? Baca berita selengkapnya: Sopir Truk Mengamuk karena Emosi Melihat Petugas SPBU Melayani Puluhan Jeriken

2. "Politik genderuwo" menurut Jokowi

Calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo saat menghadiri pembekalan caleg Partai Hanura di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara, Rabu (7/11/2018).Fabian Januarius Kuwado Calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo saat menghadiri pembekalan caleg Partai Hanura di Hotel Discovery Ancol, Jakarta Utara, Rabu (7/11/2018).
 

Setelah sempat menyindir politikus yang tak beretika dengan sebutan "sontoloyo", Presiden RI Joko Widodo melontarkan sebutan "genderuwo".

Jokowi menyebut "genderuwo" untuk para politikus yang tidak beretika baik dan kerap menyebarkan propaganda untuk menakut-nakuti masyarakat.

"Yang tidak pakai etika politik yang baik. Tidak pakai sopan santun politik yang baik. Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran," kata Jokowi saat membagikan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018).

"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya 'politik genderuwo', nakut-nakuti," ujarnya.

Baca berita selengkapnya: Jokowi: Sering Nakut-nakuti Masyarakat, Itu Namanya Politik Genderuwo

3. Remaja mabuk air rebusan pembalut di Kudus

Ilustrasi: Narkoba
HANDINING Ilustrasi: Narkoba

Kepala Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Negara Provinsi (BNNP) Jateng AKBP Suprinarto menyampaikan, beberapa remaja di Kudus diamankan oleh BNNP Jateng karena mabuk rebusan pembalut.

Dari pemeriksaan sementara, para remaja tersebut adalah anak jalanan.

"Lebih dari satu yang kami amankan. Usia mereka mulai dari 13 tahun hingga 16 tahun. Ada warga Grobogan juga. Awalnya kami amankan satu dan dia bercerita jika sering mabuk rendaman pembalut beramai-ramai," kata Suprinanto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/11/2018).

Menurut Suprinanto, anak-anak jalanan yang fly rebusan pembalut di Kudus tersebut mendapatkan pembalut dari pembalut bekas yang dipungut dari sampah.

Baca berita selengkapnya: Remaja Mabuk Pembalut Bekas Ambil Buangan dari Tempat Sampah

4. Fakta kasus oknum dr YS suntik bidan W 56 kali

Ilustrasi suntikan.DAILYMAIL Ilustrasi suntikan.

Dokter YS di Tanjungpinang terpaksa diamankan polisi setelah menyuntikkan cairan vitamin C sebanyak 56 kali ke bidan W di rumahnya.

Akibatnya, bidan W pingsan selama 3 jam. Setelah siuman, korban dengan badan sempoyongan berhasil mencari pertolongan.

Polisi telah menetapkan dr YS sebagai tersangka dan masih menjalani pemeriksaan intensif. Sejumlah fakta yang terungkap dari gelar olah tkp kasus dr YS tersebut.

Apa motif pelaku? Baca berita selengkapnya: 5 Fakta Kasus Dokter YS di Tanjungpinang, Bidan W Disuntik 56 Kali hingga Pingsan 3 Jam

5. Polda NTT tidak toleransi perzinaan 

Kapolda NTT, Irjen Pol Raja Erizman saat berada di Mapolda NTT.KOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere Kapolda NTT, Irjen Pol Raja Erizman saat berada di Mapolda NTT.

Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) Irjen Raja Erizman akan menindak tegas anggotanya, Brigpol PP, yang terlibat kasus dugaan perzinaan.

Brigpol PP adalah anggota Polres Rote Ndao yang digerebek saat melakukan zina dengan YH, istri sah dari Brigpol DF, anggota Kepolisian Sektor Rote Barat Daya.

Keduanya digerebek oleh aparat Kepolisian Resor Rote Ndao saat berduaan di dalam kamar kos PP di Kelurahan Mokdale, Kecamatan Lobalain.

"Kalau secara pidana itu delik aduan dari suaminya. Kalau suaminya melapor, kita akan teruskan pidananya," kata Erizman kepada sejumlah wartawan di Mapolda NTT, Jumat (9/11/2018).

Menurut Erizman, dirinya tidak mau menutupi kesalahan anggotanya, apalagi berkaitan dengan pidana.

"Gara-gara satu orang merusak institusi Polri, makanya saya akan bertindak tegas," ucap Erizman.

Baca berita selengkapnya: Kapolda NTT Tindak Tegas Anggotanya yang Berzinah dengan Istri Polisi

Sumber: KOMPAS.com (Sigiranus Marutho Bere, Michael Hangga Wismabrata, Puthut Dwi Putranto Nugroho, Defriatno Neke, Caroline Damanik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com