Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Roboh di Tanah Perhutani Itu Dibangun dengan Gotong Royong

Kompas.com - 09/11/2018, 11:25 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Anak didik SDN Kutanegara II kelas jauh kini bisa belajar di ruang kelas darurat yang terbuat dari terpal. Pasalnya, sekolah mereka roboh pada 2 November 2018 lalu akibat dihempas angin kencang.

SDN Kutanegara II kelas jauh terletak di Dusun Didampa, Desa Kutanegara, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, atau sekitar 10 kilometer dari Kawasan Industri Surya Cipta.

Jarak menuju sekolah induk berupa tanah merah, yang jika hujan berubah menjadi lumpur. Sekolah dengan 84 siswa ini berdiri di atas lahan milik Perhutani.

"Mereka belajar di tenda terpal," ujar pegiat literasi Karawang Yudha Febrian, Jumat (9/11/2018).

Robohnya sekolah itu kemudian memunculkan keprihatinan sejumlah pihak. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Karawang tak bisa berbuat banyak lantaran pembangunan terganjal status tanah.

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana menyebutkan, SDN Kutanegara II kelas jauh merupakan salah satu contoh dari sejumlah sekolah di Karawang yang kepemilikan lahannya tidak jelas. Akibatnya, pemkab kesulitan untuk memperbaikinya.

"Kalau kita gunakan APBD tidak boleh karena lahan itu bukan milik kita, kalau dipaksakan malah jadi temuan BPKP," ujar Cellica.

Baca juga: 25 Siswa SD Keracunan Minuman Gratis dari Orang Tak Dikenal

Pemkab Karawang, kata Cellica, kemudian berupaya mencari solusi lain, yakni menggunakan dana corporate social responsibility (CSR). Akan tetapi, kata Cellica, SDN Kutanegara II kelas jauh keburu roboh.

"Solusinya sudah kita rencanakan yaitu melalui dana CSR, tapi sekolah itu sudah keburu roboh. Untuk mengatasi itu yang kita patungan saja dari donatur yang peduli," kata Cellica.

Salah seorang penggiat literasi di Karawang Yudha Febrian meminta Pemerintah Kabupaten Karawang segera membuat memorandum of understanding (MoU) dengan Perhutani terkait penggunaan lahan untuk sekolah. Hal tersebut bisa diupayakan dengan peraturan melalui Kementerian Kehutanan.

"Karena hal itu sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Yudha.

Menurut Yudha, meski sekolah tidak menghasilkan keuntungan nominal bagi Perhutani, namun menyuguhkan nilai benefit sosial.

"Ini demi pendidikan anak-anak di sana," katanya.

Galang bantuan

Prihatin akan robohnya sekolah itu, sejumlah komunitas kemudian mendadak "ngamen" di Taman I Love Karawang, Senin (5/11/2018) sore.

Koordinator penggalangan dana Arizal Zaelani menyebutkan, penggalangan dana tersebut dilakukan sebagai rasa keprihatinan komunitas pemuda di terhadap dunia pendidikan di Karawang.

"Pemerintah tidak bisa perbaiki bangunan gedung kelas, dengan alasan lokasi lahan Perhutani. Kalau tidak bisa oleh pemerintah, biar komunitas yang bergerak untuk mengumpulkan dana," kata Arizal.

Sebanyak 20 komunitas seperti Relawan Peduli Pendidikan, Social Community, Semesta Literasi, Musik Taman, Perpustakaan Jalanan, dan berbagai komunitas kreatif di Karawang menggelar konser musik jalanan dan melelang hasil karya komunitas kepada warga yang melintas.

Sejumlah karya yang dilelang di antaranya sepatu lukis, lukisan, buku, sablon baju, dan aksesoris. 

"Dari hasil donasi yang kita kumpulkan yakni Rp 6.880.200," katanya.

Sejalan dengan itu, Semesta Literasi, sebuah komunitas penggiat literasi di Karawang, juga menggalang donasi melalui https://m.kitabisa.com/sdnkutanegara2.

Yayasan Karawang Peduli rencananya akan membangun enam lokal di sekolah SDN Kutanegara II kelas jauh dengan perkiraan anggaran sekitar Rp 200.000.000. Anggaran itu bersumber dari kas yayasan dan sumbangan donatur.

"Bupati ikut membantu dengan uang pribadinya. Juga donatur lainnya yang peduli terhadap nasib siswa yang sekarang ini kesulitan belajar," kata Ketua Yayasan Karawang Peduli Rafiudin Firdaus.

Baca juga: Curi 3 Batang Kayu dari Hutan Perhutani, Seorang Petani Ditangkap Polisi

Rafiudin menyebutkan, SDN Kutanegara II kelas jauh memiliki tiga ruang kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 84 siswa. Kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi dua, pagi dan siang. Oleh karena itu, rencananya, kata dia, pihaknya akan membangun enam ruangan kelas.

"Tapi nanti setelah pembangunan sekolah ini selesai, mereka bisa masuk pagi karena kelas cukup untuk menampung seluruh siswa dan juga ruangan untuk guru," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com