Pelapor adalah Advokat Pendukung Prabowo dan mereka menuding Seno tak netral karena telah menyerukan kepada masyarakat Boyolali untuk tak memilih Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pemilu 2019.
"Sehubungan dengan adanya pengerahan massa di Gedung Balai Sidang Mahesa yang terjadi di Kabupaten Boyolali, yang diduga dilakukan Bupati Boyolali, Seno Samodro, dengan menyerukan agar tak memilih bapak Prabowo dalam pilpres 2019," kata kuasa hukum Advokat Pendukung Prabowo, Hanfi Fajri di kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Senin (5/11/2018).
Sementara itu, menurut Hasto Kristiyanto, Sekjen PDI-P, sikap Seno tidak perlu dipersoalkan.
Sebaiknya, hal ini justru dijadikan pelajaran oleh Prabowo untuk memperbaiki komunikasinya.
"Apa yang dilakukan sebagai bagian pendidikan politik untuk disampaikan ke Pak Prabowo agar berhati-hati dalam berbicara dan jangan eksploitir kemiskinan rakyat hanya untuk tujuan kekuasaan politik," kata Hasto.
Baca Juga: Pendukung Prabowo Laporkan Bupati Boyolali ke Bawaslu
Prabowo Subianto akhirnya meminta maaf kepada pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan penyebutan istilah "tampang Boyolali".
Istilah itu muncul dalam pidato Prabowo saat peresmian kantor Badan Pemenangan Prabowo-Sandi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018).
"Ya maksud saya tidak negatif. Tapi kalau ada yang merasa tersinggung, ya saya minta maaf," kata Prabowo dalam sebuah rekaman video di akun Twitter Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, Selasa (6/11/2018).
Prabowo juga mengaku bersedia berdialog dengan pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan ucapannya itu.
"Dan saya siap kalau suatu saat diminta dialog langsung. Tidak ada masalah. Ya kita baik-baik saja," kata Prabowo.
Baca Juga: Prabowo Minta Maaf jika Ada yang Tersinggung dengan "Tampang Boyolali"
Menurut Prabowo, istilah itu digunakannya untuk menunjukkan rasa empati dan solidaritas atas permasalahan yang dialami masyarakat.
Prabowo mengatakan, permasalahan terkait ketimpangan atau kesenjangan sosial masyarakat saat ini semakin lebar.
Sementara kekayaan nasional hanya dinikmati oleh segelintir orang. Kritik atas ketimpangan sosial itu disampaikannya dalam bentuk kelakar "tampang Boyolali " agar audiens yang mendengarkan pidatonya tidak merasa mengantuk dan bosan.
"Kalau kita tidak boleh melucu, enggak boleh seloroh, enggak boleh joking, enggak boleh bercanda, ya bosan. Tidurlah nanti semua audiens, capek, kasihan. Saya kira begitu maksud saya," kata Prabowo.
Baca Juga: Mendagri Bela Bupati soal Polemik "Tampang Boyolali"
Sumber: KOMPAS.com (Kristian Erdianto, Jessi Carina, Fitria Chusna Farisa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.