Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FAO Ajak Petani dan Nelayan Indonesia Bangkit Pasca-Gempa dan Tsunami

Kompas.com - 06/11/2018, 20:11 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) meluncurkan program pemulihan untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Bantuan diberikan setelah lebih dari sebulan gempa dan tsunami melanda daerah Palu-Donggala pada 28 September 2018. Sejumlah wilayah mengalami kerusakan, terutama rumah dan jalan.

Tak hanya itu, area persawahan juga porak-poranda karena gempa dan tsunami. Sehingga, beberapa masyarakat belum bisa bercocok tanam atau memproduksi bahan makanan.

Pejabat Komunikasi FAO Indonesia, Siska Widyawati mengatakan bahwa program ini ditujukan kepada masyakarat Sulawesi Tengah yang bekerja sebagai petani dan nelayan.

Adapun program ini dibidik untuk membantu lebih dari 70.000 petani dan nelayan Indonesia menanam makanan dan mencari ikan lagi setelah bencana mengganggu mata pencaharian mereka.

Pertanian dan perikanan

Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard menyampaikan bahwa keluarga di Sulawesi Tengah sangat bergantung pada kegiatan pertanian dan perikanan.

"Bagi banyak mayoritas penduduk, ini adalah satu-satunya sumber makanan dan pendapatan mereka. Dengan bencana ini mereka kehilangan mata pencaharian," ujar Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard dalam kegiatan assesment dampak gempa dan tsunami di Palu.

Selain pengadaan peluncuran program pemulihan ini, FAO juga merencanakan dalam tiga bulan ke depan para petani dan nelayan dapat terfasilitasi dengan baik.

"Untuk program pemulihan ini dimulai bulan November hingga Januari 2019," ujar Siska saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (6/11/2018).

Baca juga: Apa yang Terjadi dengan Bantuan Kemanusiaan di Palu dan Donggala?

Harapannya, FAO bisa menjangkau 50.000 petani dengan fasilitas seperti diberi benih sayuran, pupuk, dan alat-alat bercocok tanam seperti sekop dan cangkul.

Sementara, untuk masyarakat yang bermata pencarian di laut, rencananya sebanyak 20.000 nelayan akan menerima peralatan memancing.

Pemberian fasilitas ini diharapkan dapat terealisasikan secara merata di daerah Donggala, Sigi, Palu, dan Parigi Moutong.

"FAO menargetkan keluarga petani dan nelayan di daerah yang paling terpukul oleh bencana di Donggala, Sigi, Palu, dan Parigi Moutong di Provinsi Sulawesi Tengah," ujar Siska.

Kerusakan yang dialami

Perlu diketahui, lahan pertanian seluas 10.000 hektar diperkirakan mengalami kerusakan. Dampak yang paling besar yakni pada produksi padi dan tanaman jagung.

Tak hanya dari lahan pertanian saja yang alami kerusakan, beberapa fasilitas perikanan dan akuakultur, termasuk pembenihan ikan, tempat pendaratan kapal dan peralatan memancing juga telah rusak parah.

Namun, saat ini pihak FAO menuju tahap recovery untuk membantu masyarakat yang terdampak.

"Saat ini kami sudah mulai kegiatan recovery dengan menempatkan petugas-petugas di lapangan untuk memverifikasi data penerima bantuan dari petani dan nelayan," ujar Siska.

"Dan juga meemulai proses procurement atau pengadaan barang yang akan dilanjutkan dengan penyerahan bantuan," kata dia.

Tercatat lebih dari 200.000 orang telah mengungsi dan lebih dari 3.000 orang tewas karena guncangan gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami yang menimpa Sulawesi Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com