AT (35) tampak sibuk ditengah puluhan orang yang hadir di Gedung Serba Guna RW 09, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung. At dan puluhan warga sedang mengikuti acara VCT Mobile Puskesman Tamblong.
AT dengan penuh kesabaran berbincang dengan seorang ibu yang duduk di hadapannya. AT kemudian menuliskan identitas ibu tersebut dan menjelaskan sekilas tentang tes HIV/AIDS.
Tiga jam berlalu, acara pun usai. AT pun menceritakan kisah hidup dan pengalamannya sejak memutuskan menjadi relawan tahun 2013 lalu.
AT fokus melakukan pendampingan pada komunitas gay. Salah satunya, meyakinkan mereka untuk tes HIV. Jika dihitung, sampai akhir Oktober 2018, sudah 400an orang yang ia ajak tes HIV.
“Ini salah satu kerjaan saya teh,” ujar AT kepada Kompas.com, belum lama ini.
“Saya pegang komunitas gay. Gampang-gampang susah ngajak mereka tes HIV. Ada yang cukup 1-2 kali diajak, mau tes. Itu karena biasanya mereka sadar mereka populasi kunci (berisiko tinggi tertular HIV) dan ingin hidup sehat. Tapi ada juga yang dua tahun diajakin, baru mau dites,” tuturnya.
Meskipun AT negatif HIV, namun hiudpnya sebagai seorang gay pun penuh dengan stigma. Baik dari keluarga ataupun teman-temannya.
AT pun bisa merasakan beratnya perjuangan hidup rekan-rekannya yang positif HIV sekaligus menghadapi stigma masyarakat, yang justru lebih kejam dari HIV itu sendiri.
Baca berita selengkapnya: "Bukan HIV yang Membunuh, Tapi Stigma” (1)
Sumber: KOMPAS.com (Reni Susanti, Michael Hangga Wismabrata, Sukoco, Abdul Haq)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.