KARAWANG, KOMPAS.com - Proses evakuasi korban dan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Karawang tak lepas dari peran SAR dan tim lainnya. Mereka harus rela jauh dari keluarga demi tugas kemanusiaan.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Bandung Harsono menceritakan kisahnya saat menjalakan tugas kemanusiaan dan negara demi pencarian korban dan pesawat Lion Air.
Harsono mengaku bersyukur keluarganya, baik istri dan kedua buah hatinya, mengerti akan profesinya sebagai anggota SAR.
"Alhamdulillah keluarga sudah mengerti, saat saya harus meninggalkan mereka," katanya.
Baca juga: Seorang Penyelam Meninggal Dunia saat Mencari Puing Lion Air
Yang terpenting, kata dia, dirinya dan keluarga selalu mengedepankan komunikasi. Setiap sebelum apel dan saat istirahat siang, Harsono selalu menyempatkan untuk menelepon keluarganya.
"Yang pasti sebelum apel pagi. Siang kalau istirahat dan (saat) kosong (pekerjaan)," katanya.
Pria kelahiran Purworejo 26 Mei 1964 lalu itu menceritakan, sebelum menikah ia dan istrinya dipanggil ke kantor tempat ia bekerja untuk diberi wejangan.
"Sebelum kawin, calon istri panggil ke kantor, dibilangin lelakimu sewaktu-waktu dipanggil tugas harus siap," ujar Harsono.
Menurut Harsono, panggilan tugas secara mendadak bukan sekali dua kali ia alami. Harsono kerap dilibatkan dalam operasi penyelamatan yang membutuhkan waktu lebih dari sepekan, seperti di Perairan Bangka, Cirebon, Pangalengan, dan Brebes.
Baca juga: Tim SAR Sisir Jatuhnya Pesawat Lion Air dari Perairan Indramayu hingga Jakarta
"Bisa sampai sebulan," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.