Pihak aplikator juga telah memberikan tombol panic bottom untuk para pengemudi secara gratis. Lagi-lagi persoalan muncul, karena tombol darurat yang terpasang kamera tersebut hanya dibagikan sebanyak 100 unit.
“Di Sumsel ada 9.000 driver taksi online, sementara tombol panic bottom itu hanya 100 dibagikan. Tombol itu berfungsi ketika terjadi bahaya akan mengirimkan suasana dalam mobil dan memotretnya. Selanjutnya gambar dan GPS akan dikirimkan kepada aplikator,” terangnya.
Sofyan (43) hingga kini belum diketahui keberadaannya. Edo berharap ini adalah kejadian terakhir. Pihak aplikator maupun sopir daring pun harus mengambil pelajaran dari kejadian ini agar menjaga keselamatan diri selama bekerja.
“Pihak aplikator juga semestinya melindungi para driver-nya, dengan memperketat calon penumpang. Bukan hanya driver saja yang selalu diminta untuk tertib,” tegasnya.
Keberadaan Sofyan masih misteri
Upaya pencarian Sofyan yang hilang usai mengantarkan tiga laki-laki ke kawasan KFC Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumatera Selatan, masih terus dilakukan oleh jajaran Polda Sumsel dan para keluarga.
Dari GPS yang dikirimkan ke grup WhatsApp sesama sopir taksi online, terlacak bahwa lokasi bapak tiga anak itu berada di kawasan Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumsel.
Namun, sejak tiga hari terakhir dilakukan pencarian hingga ke lokasi yang dikirimkan Sofyan, pria ini belum ditemukan. Pihak keluarga berharap Sofyan bisa ditemukan.
“Hari ini (Kamis) masih nihil, kami mohon doanya agar cepat ditemukan,” kata Fitriani (32), istri Sofyan.
Sofyan diketahui telah menjadi sopir taksi online sejak 2017 lalu untuk menghidupi empat orang anaknya yang masih menempuh pendidikan di sekolah.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan