Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya untuk Keselamatan Sopir Taksi "Online" Sudah Diterapkan, Mengapa Perampokan Masih Terjadi?

Kompas.com - 02/11/2018, 05:51 WIB
Aji YK Putra,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sejak sering terjadinya kasus pembunuhan disertai perampokan terhadap para sopir taksi online di kota Palembang, Sumatera Selatan, keselamatan untuk para pengemudi daring itu terus ditingkatkan.

Berbagai upaya dari sopir taksi online pun telah dilakukan untuk meminimalisasi dan mencegah kejadian itu kembali terulang. Misalnya, berswafoto bersama penumpang hingga tombol panic bottom yang ada di dalam kendaraan.

Ketua Persatuan Driver Online Sumatera Selatan (PDOS) Edo mengatakan, mereka selama ini menuntut kepada pihak aplikator untuk membuat kebijakan agar para penumpang lebih tertib.

Namun selama ini, aplikator hanya menuntut secara sepihak kepada para driver untuk tertib.

“Kami sudah pernah menuntut kepada aplikator agar penumpang juga tertib. Misalnya menyertakan KTP atau SIM ketika memesan, itu semua untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan. Sejauh ini, hanya sebatas ditanggapi saja oleh aplikator,” kata Edo kepada Kompas.com, Kamis (1/11/2018).

Edo melanjutkan, swafoto bersama penumpang adalah aturan sendiri yang mereka buat sesama taksi online untuk mencegah terjadinya tindak kriminal. Namun, upaya itu kadang sering kali ditolak para penumpang dengan alasan privasi.

“Memang kadang penumpangnya tidak mau, ya kita mau bagaimana lagi. Biasanya foto penumpang akan di-upload ke grup, sehingga sesama sopir mengetahui siapa saja penumpang rekan kami,” ujarnya.

Baca juga: Percakapan Terakhir Sofyan, Sopir Taksi Online Sebelum Hilang: Ayo Makan Bareng

Dalam organisasi sopir taksi online, Edo sebagai ketua komunitas mewajibkan rekan-rekannya untuk selalu mengirimkan peta (maps) atau share location ketika mengantarkan penumpang.

Peta itu akan terus dipantau oleh rekan sopir taksi online yang lain untuk memastikan keselamatan selama perjalanan mengantarkan penumpang.

“Aturan dalam kumunitas kami, setiap pagi pas narik langsung kirim maps di mana lokasinya. Itu dikirim terus sampai driver-nya pulang ke rumah untuk memastikan keamanan. Jika ada yang tidak mengirimkan saya keluarkan dari grup,” jelasnya.

Pihak aplikator juga telah memberikan tombol panic bottom untuk para pengemudi secara gratis. Lagi-lagi persoalan muncul, karena tombol darurat yang terpasang kamera tersebut hanya dibagikan sebanyak 100 unit.

“Di Sumsel ada 9.000 driver taksi online, sementara tombol panic bottom itu hanya 100 dibagikan. Tombol itu berfungsi ketika terjadi bahaya akan mengirimkan suasana dalam mobil dan memotretnya. Selanjutnya gambar dan GPS akan dikirimkan kepada aplikator,” terangnya.

Sofyan (43) hingga kini belum diketahui keberadaannya. Edo berharap ini adalah kejadian terakhir. Pihak aplikator maupun sopir daring pun harus mengambil pelajaran dari kejadian ini agar menjaga keselamatan diri selama bekerja.

“Pihak aplikator juga semestinya melindungi para driver-nya, dengan memperketat calon penumpang. Bukan hanya driver saja yang selalu diminta untuk tertib,” tegasnya.

 Keberadaan Sofyan masih misteri 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com