Sebagian ahli meyakini, bangunan bersejarah di Dusun Montor, Desa Pataan, Kecamatan Sambeng, memiliki hubungan erat dengan Prasasti Patakan.
Seperti diketahui, Prasasti Patakan sendiri ditemukan di Desa Pataan dan diperkirakan dibuat pada abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Airlangga.
Prasasti ini terbuat dari batu andesit setinggi 104 sentimeter, lebar atas 90 sentimeter, lebar bawah 80 sentimeter, dan tebal 24 sentimeter, ditulis menggunakan huruf Jawa kuno.
Sekarang, prasasti yang menceritakan tentang adanya bangunan suci yang didirikan oleh Raja Airlangga di Desa Pataan tersebut, menjadi koleksi Museum Nasional Indonesia di Jakarta dengan nomor inventaris D.22.
“Kami memang coba mengaitkan bangunan bersejarah di Desa Pataan, dengan apa yang diceritakan dalam Prasasti Patakan. Selain lokasi yang identik, jejak batuan yang ada dan sekilas model bangunan, kami nilai mirip dengan yang dikisahkan dalam prasasti,” kata arkeolog dari BPCB Trowulan, Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, Rabu (31/10/2018).
Baca Juga: Arkeolog Kaitkan Bangunan Bersejarah di Lamongan dengan Prasasti Patakan
“Candi, tapi sementara analisis kami lebih seperti vihara, sebuah bangunan suci pemujaan pada waktu itu. Melihat dari bangunan utama yang ditemukan pada 2013, serta bangunan pintu masuk dan area pagar di sekeliling saat ekskavasi kedua kemarin, itu cukup kuat mengarah ke sana,” kata Wicaksono.
“Batas-batas bangunan berupa pagar keliling, dengan dilihat dari peta udara menggunakan drone menyerupai bujur sangkar. Dengan pintu gerbang atau pintu masuk ada di sisi barat dengan lebar 2,5 meter, yang kami temukan saat ekskavasi kedua kemarin,” katanya.
Sementara itu, proses ekskavasi tahap kedua oleh BPCB Trowulan Jawa Timur terpaksa dihentikan karena masalah anggaran.
“Saat ini sementara cukup, karena kami juga terkendala anggaran. Sementara hasil ekskavasi kedua kemarin akan kami laporkan dulu kepada pimpinan, baru setelah mendapat persetujuan akan kembali dilanjutkan. Kemungkinan tahun depan,” pungkasnya.
Baca Juga: Memecahkan Misteri Situs Purbakala Liyangan di Lereng Gunung Sindoro
Area penemuan bangunan peninggalan bersejarah tersebut memang tidak terlalu jauh dari permukiman warga Dusun Montor, Desa Pataan. Sebelum penemuan bangunan tersebut tahun 2013 lalu, wilayah tersebut dikenal angker.
“Sebelum ditemukan, di area itu dikenal warga di sini sebagai tempat angker, lantaran banyak kejadian aneh-aneh sebelumnya,” kata Kasiat, warga Dusun Montor, Kasiat (80), Selasa (30/10/2018).
Kasiat menceritakan, beberapa kali ternak warga yang mencari rumput di daerah itu hilang dan tak lagi pernah ditemukan.
Baca Juga: Cerita Warga: Sebelum Ditemukan Bangunan Purbakala, Tempat Ini Angker...
Sumber: KOMPAS.com (Hamzah Arfah)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.