Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Eva "Sang Perempuan Tangguh", Stigma Negatif hingga Lolos HWC di Meksiko

Kompas.com - 24/10/2018, 18:01 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Keberhasilan Eva Dewi untuk mewakili Indonesia dalam ajang Street Soccer Homeless World Soccer 2018 sangatlah panjang dan penuh kisah haru.

Ya, Eva Dewi adalah satu-satunya perempuan yang terpilih dalam Timnas Indonesia untuk ajang HWC 2018 di Meksiko.

Eva, sebagai orangtua tunggal dan sekaligus pengidap positif HIV, menyadari bahwa tantangan hidupnya tidaklah mudah.

Berikut ini fakta perjuangan Eva Dewi, pesepakbola perempuan tangguh asal Bandung.

1. Hidup dengan HIV, Eva hidupi ketiga anaknya seorang diri

Hidup Eva berubah total setelah pada tahun 2010 dinyatakan positif HIV. Ia tidak begitu kaget karena rekan-rekannya pecandu narkoba suntik telah dinyatakan positif.

“Saya orang terakhir yang tes HIV. Teman-teman saya (pengguna narkoba suntik) sudah periksa duluan dan HIV positif,” katanya.

Sejak saat itu, teman dekat dan keluarga besarnya mulai menjauhi dirinya. Sang suami pun tidak mengakui lagi pernikahan mereka. Bahkan, saat dirinta melahirkan anak ketiganya, tak ada suami mendampingi atau kerabat yang menemani.

Saat itulah Eva memompa semangat untuk membesarkan anak-anaknya sendirian. Pengalaman berat menjadi orangtua tunggal membuat mentalnya membaja dan tak pantang menyerah.

Eva rela bekerja dengan upah Rp 25.000 per hari. Usai pulang bekerja, dia membeli tiga butir telur dan mi instan untuk hidup dua hari bersama anak-anaknya.

Kadang Eva harus lebih keras membanting tulang untuk membeli susu dan popok demi anak bungsunya yang masih berusia 8 bulan.

Baca Juga: Inilah Eva Dewi, Atlet Perempuan Indonesia Pertama di Homeless World Cup (1)

2. Hidup "berdamai" dengan stigma negatif

Eva Dewi, atlet perempuan Indonesia pertama dalam ajang Homeless World Cup.KOMPAS.com/RENI SUSANTI Eva Dewi, atlet perempuan Indonesia pertama dalam ajang Homeless World Cup.

Hidup dengan menyandang status positif HIV harus diterima oleh Eva. Terkadang, anaknya yang negatif HIV pun terkena imbasnya.

Saat itu, salah satu tetangganya menceritakan status HIV Eva kepada ibu-ibu murid TK tempat anak bungsunya belajar.

“Anak saya bilang, di sekolah dede enggak ada teman, semua teman jauhi dede,” tuturnya.

Eva pun berkata pada anaknya, “Tidak apa tidak punya teman, dede tetap sekolah saja. Mungkin temannya lagi enggak pengen main sama dede, tapi nanti biasa lagi”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com