Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuntaskan Rasa Penasaran di Museum Tsunami Aceh

Kompas.com - 23/10/2018, 07:21 WIB
Daspriani Y Zamzami,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Mitigasi kebencanaan

Selain menuntaskan rasa penasaran, museum yang terdiri dari empat lantai ini juga diakui sebagai tempat belajar tentang kebencanaan yang cukup baik.

Sofyan (45) warga Banda Aceh, mengaku sering mengajak anak-anaknya untuk belajar mengenal berbagai macam bencana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

“Kehadiran museum ini sangat berguna, dan saya yakin setiap orang yang berkunjung ke sini akan mendapat pelajaran itu, sehingga kita semua bisa meminimalisir dampak dan korban dari bencana alam, dan anak-anak saya pun senang bermain ke sini, mereka tidak bosan walau sudah berkali-kali datang ke museum ini,” jelas Sofyan.

Baca juga: Kisah Ridwan Kamil yang Tumpah Air Matanya saat Mendesain Museum Tsunami

Berkunjung ke bagian dalam museum, pengunjung akan mendapatkan sajian bagaimana bencana gempa dan tsunami melanda Aceh, dengan melihat berbagai foto pada ruang display dan pameran, kemudian bisa melihatnya dalam bentuk visual pada ruang bioskop mini, lalu aneka photo perkembangan Aceh pasca bencana dalam ruang pameran temporer.

Bahkan pengunjung juga dapat membaca nama-nama ribuan warga yang menjadi korban bencana dalam ruang sumur doa, dimana di puncak sumur akan terlihat tulisan kaligrafi dengan bacaan Allah, yang mengingatkan bahwa kekuasaan Sang Maha Pencipta itu sungguh luar biasa.

Museum Tsunami Aceh memang sengaja dibangun oleh pemerintah dalam hal ini Badan Rahabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh-Nias sebagai pengingat dan sebagai lembaga pembelajaran dan mitigasi bencana bagi warga di Aceh.

Hafnidar, Kepala Museum Tsunami Aceh, mengatakan pada bulan Agustus lalu, pihaknya menyajikan edukasi terkait pemahaman Smong (gelombang tsunami) yang dipahami sebagai kearifan lokal di masyarakat Simeulue. 

Jadi, orang-orang di Simeulu ini sudah mengenal bahya tsunami sejak zaman kakek nenek mereka sehingga pada tahun 2004 lalu, tidak banyak korban jiwa di sana kala tsunami melanda.

Baca juga: Sejak 2011, Museum Tsunami Dikunjungi 2,4 Juta Wisatawan

"Nah pengetahuan ini juga kita tampailkan agar masyarakat lainnya juga bisa memiliki pemahaman yang sama,” jelas Hafnidar yang juga pernah menjadi tim kurator dan materi museum presiden di Bogor.

“Dan dalam perjalanannya ternyata museum ini bukan hanya bermanfaat bagi warga Aceh tapi juga warga dari seluruh Indonesia bahkan dunia, selain sebagai museum ini juga sebagai lembaga edukasi bagi masyarakat agar paham bahwa kita memang hidup dan tinggal di wilayah cincin api di Indonesia,” jelas dia. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com