Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Tsunami Aceh Terpilih Sebagai Museum Terpopuler di Indonesia

Kompas.com - 22/10/2018, 19:27 WIB
Daspriani Y Zamzami,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Komunitas Jejak Langkah Sejarah (Jelajah) menobatkan Museum Tsunami Aceh sebagai museum terpopuler di Indonesia.

Hal ini dinilai dari aktivitas kunjungan pada Museum Tsunami Aceh yang cukup tinggi setiap harinya.

Kepala Museum Tsunami Aceh, Hafnidar, mengatakan, Museum Tsunami Aceh terpilih sebagai nominator dari 400 museum yang ada di Indonesia.

Pada ajang Indonesia Museum Award 2018 kali ini, terdapat enam kategori yang diperlombakan, yakni museum cerdas, museum lestari, museum bersahabat, museum unik, museum populer, dan museum kreatif.

Museum Tsunami Aceh terpilih sebagai museum terpopuler dari 400 museum di Indonesia yang masuk ke kategori.

“Dan, alhamdulillah kami kemudian mendapat undangan untuk menghadiri acara penerimaan penghargaan dan Museum Tsunami mendapat penghargaan sebagai museum terpopuler di Indonesia,” jelas Hafnidar kepada Kompas.com di Banda Aceh, Senin (22/10/2018).

Baca juga: Kisah Ridwan Kamil yang Tumpah Air Matanya saat Mendesain Museum Tsunami

Musiolog lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan, pengumuman dan pemberian penghargaan ini dilakukan pada ajang Indonesia Museum Award 2018.

“Saat pemberian penghargaan diputarkan juga aktivitas museum, yang didokumentasikan oleh tim penilai. Saat dokumentasi dilakukan, kami selaku pengelola museum pun tidak pernah tahu akan kedatangan tim penilai tersebut,” jelasnya.

Hafnidar, Kepala Museum Tsunami AcehDaspriani Y Zamzami Hafnidar, Kepala Museum Tsunami Aceh

Setiap hari, museum yang dibangun sebagai sarana edukasi, pengingat serta tempat perlindungan jika musibah tsunami melanda ini dikunjungi ribuan orang.

“Kalau hari kerja pengunjung yang datang bisa berkisar antara 2.000-3.000 orang, sedangkan jika akhir pekan, jumlah pengunjung bisa mencapai 6.000 orang,” jelas Hafnidar.

Museum hasil karya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini diresmikan tahun 2008. Kini Museum Tsunami menjadi lokasi wisata favorit bagi setiap wisatawan yang datang ke Banda Aceh, atau bahkan bagi wisatawan yang singgah ke Kota Banda Aceh, seperti para wisatawan mancanegara yang singgah saat berlayar dengan kapal pesiar.

“Kami sudah merancang banyak program untuk peningkatan layanan museum, di antaranya museum akan memberi layanan khusus bagi pelajar di tahun 2019 nanti, sehingga pelajar bisa dengan cepat memahami tentang kebencanaan, tidak hanya dengan membaca tapi juga dengan visualisasi,” ujar satu-satunya kurator asal Indonesia yang terpilih pada British Museum tahun 2017 ini.

Museum Tsunami Aceh terdiri dari empat lantai. Bagian atap menjadi lokasi penyelamatan dan perlindungan jika musibah gelombang tsunami melanda.

Museum ini memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi. Arsitektur bangunan berbentuk melengkung ditutupi relief berupa geometris. Jika dilihat dari atas, bangunan ini menyerupai bak kapal.

Baca juga: Gempa Sebabkan Gedung Museum Negeri Sulteng Retak, Belum Diketahui Nasib Koleksinya

Museum ini juga menyuguhkan gambaran dan suasana mencekam saat detik-detik gemuruh gelombang air laut menghantam Aceh. Pada setiap lantainya juga terpajang foto-foto keadaan Banda Aceh pasca-tsunami, artefak dan puing-puing tsunami.

Dengan prestasi ini, sebut Hafnidar, menandakan bahwa Museum Tsunami mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia bahkan internasional. Oleh karena itu, Museum Tsunami kini terus berbenah ke arah yang lebih baik untuk menjadi pelopor terdepan dalam edukasi dan mitigasi bencana Tsunami untuk dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com