Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Baru Gempa Sulteng, Sigi Diterjang Banjir Lumpur hingga Nasib Ijazah IAIN Palu

Kompas.com - 22/10/2018, 16:41 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Korban gempa Sulteng di Kabupaten Sigi, tepatnya di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, kembali mengalami bencana. Wilayah mereka diterjang banjir lumpur pada hari Minggu (21/10/2018).

Hujan deras kurang lebih satu jam telah membuat sungai di desa tersebut meluap dan menerjang desa. Material lumpur bercampur air menyeret pohon dan bebatuan.

Banjir lumpur tersebut membuat kondisi para korban gempa magnitudo 7,4 tersebut semakin sulit. Sejumlah akses menuju desa tersebut terputus karena tertutup banjir dan longsor.

Berikut ini sejumlah fakta baru bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

1. Kondisi korban gempa di Sigi semakin sulit pasca-diterjang banjir lumpur

Puing-puing reruntuhan rumah warga Jono Oge Kabupaten Sigi akibat diguncang gempa bermagnitudo 7.4KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR Puing-puing reruntuhan rumah warga Jono Oge Kabupaten Sigi akibat diguncang gempa bermagnitudo 7.4

Saat gempa terjadi, sejumlah bukit di Desa Salua banyak yang longsor. Kayu dan bebatuan luruh hingga ke sungai atau menutup sejumlah akses jalan desa.

Kondisi tersebut semakin diperparah setelah hujan deras mengguyur, kayu dan bebatuan bercampur lumpur terhanyut banjir dan menyangkut ke jembatan-jembatan di desa tersebut.

Alhasil, sungai tak lagi mampu menampung derasnya hujan dan akhirnya air bercampur lumpur menerjang desa Salua.

“Waktu gempa lalu banyak longsoran di desa kami, sekarang makin parah dengan datangnya hujan lebat ini,” ujar Adranius, salah satu warga desa Salua, Minggu (21/10/2018).

Warga desa korban gempa pun terpaksa bertahan dengan kondisi yang serba terbatas di tenda-tenda pengungsian.

Baca Juga: Banjir Lumpur Hantam Pengungsi Korban Gempa di Sigi

2. Longsor di Kabupaten Sigi sulitkan distribusi bantuan

Anggota TNI menggunakan helikopter Mi-17 V-5 Skadron 31/Serbu Pusat Penerbangan Angkatan Darat Semarang menyalurkan bantuan logistik ke Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10/2018). Desa ini adalah salah satu desa terdampak gempa Palu yang masih terisolir melalui jalur darat.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Anggota TNI menggunakan helikopter Mi-17 V-5 Skadron 31/Serbu Pusat Penerbangan Angkatan Darat Semarang menyalurkan bantuan logistik ke Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10/2018). Desa ini adalah salah satu desa terdampak gempa Palu yang masih terisolir melalui jalur darat.

Salah satu jalur yang tertimbun longsor di Kabupaten Sigi adalah jalan Salua-Sadaunta di Kecamatan Kulawi.

Akibatnya, distribusi bantuan ke desa tersebut terhambat. Para relawan dan petugas menggunakan helikopter untuk mengirimkan bantuan ke korban gempa di Kecamatan Kulawi.

"Kami sekarang lagi antri untuk menuju Palu dengan menggunakan helikopter sebab jalur Salua-Sadaunta di Kecamatan Kulawi belum bisa dilewati karena tertimbun tanah longsor," kata Idin Massa, relawan dari Kabupaten Banggai, Senin (22/10/2018).

Menurut Idin, kurang lebih 13 titik dari 18 titik di jalan tersebut tertimbun tanah longsor. Salah satu cara untuk menempuh dari dan ke Kulawi yaitu hanya jalan kaki.

Baca Juga: 4 Fakta Perkosaan Bocah Pengungsi Bencana Palu, Pelaku Pecandu Lem hingga Tanggapan Wali Kota Makassar

3. Jumlah korban gempa dan tsunami Sulteng yang tewas hingga hari Sabtu, sebanyak 2.113 orang

Tim Basarnas Kota Palu mengevakuasi jenazah dari puing-puing di Pelabuhan Pentoloan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (15/10/2018).Dok Humas SAR Palu Tim Basarnas Kota Palu mengevakuasi jenazah dari puing-puing di Pelabuhan Pentoloan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (15/10/2018).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban tewas akibat bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah per hari Sabtu (20/10/2018) tercatat 2.113 orang.

Sebaran korban tewas itu di Kota Palu 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan pers menjelaskan dari 2.113 itu sudah termasuk 1 orang warga Korea Selatan yang meninggal dunia tertimbun reruntuhan Hotel Roa-Roa Kota Palu.

"Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal maupun pemakaman keluarga," ujar Sutopo, Sabtu.

Meskipun evakuasi korban sudah dihentikan secara resmi sejak 12 Oktober 2018, namun hampir setiap hari korban ditemukan oleh petugas dan relawan.

Untuk korban hilang, hingga saat ini mencapai 1.309 orang dan jumla sementara korban luka-luka sebanyak 4.612 orang yang tersebar di berbagai rumah sakit.

"Untuk pengungsi tercatat ada 223.751 orang, yang tersebar di 122 titik," kata Sutopo.

Baca Juga: Warga Korban Gempa Palu Cari Makanan Tambahan untuk Bayi

4. Pascabencana gempa dan tsunami, ijazah IAIN disebar dan uang tunai dijarah

Reruntuhan bangunan di Kabupaten Donggala yang terdampak gempa dan tsunami.KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER Reruntuhan bangunan di Kabupaten Donggala yang terdampak gempa dan tsunami.
 

Dikutip dari Antara, saat terjadi gempa dan tsunami magnitudo 7,4 , sejumlah oknum masuk ke dalam area kampus untuk mengambil aset kampus.

"Mereka naik lewat tangga, kemudian membongkar ruanngan bagian akademik dan mengobrak-abrik lemari serta brankas ijazah," kata Kepala Bagian Akademik IAIN Palu Abdul Wahab.

Menurut Wahab, sejumlah dokumen penting seperti ijazah, akta empat, transkrip nilai banyak yang tercecer di ruang akademik.

Sebelum kondisi tersebut dilaporkan ke Kementerian Agama, Wahab akan mendata ulang kerusakan dan kondisi dokumen penting milik kampus yang rusak pasca gempa dan tsunami.

Selain itu, Wahab juga tidak menemukan uang Rp 20 juta yang sebelum bencana telah tersimpan di dalam ruangan akademik.

Baca Juga: Stok Makanan untuk Pengungsi di Donggala Mulai Menipis

Sumber: KOMPAS.com (Ika Fitriana, Rosyid A Azhar)/ANTARA

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com