Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kepingan Sejarah di Museum Gedung Sate

Kompas.com - 19/10/2018, 09:10 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - "Ayo anak-anak baris yang rapi," pekik seorang guru sambil mengawal puluhan pelajar taman kanak-kanak. Riuh suara mereka memecah keheningan taman belakang di komplek perkantoran pegawai Pemprov Jabar di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kamis (18/10/2018) pagi.

Taman bagian selatan Gedung Sate kian ramai saat puluhan pelajar SMP berseragam serba hijau turut datang.

Melihat keramaian itu, Hasan Mu'ti, petugas keamanan, beranjak dari tempat duduknya menanggalkan koran lokal yang saban pagi ia baca.

Bersama rekannya, Dika, ia turut membantu para guru untuk merapikan barisan pelajar sekolah. Mereka datang untuk melihat kepingan sejarah di Museum Gedung Sate.

"Yang TK dari Bandung, yang SMP dari Bekasi. Biasa mau studi ke museum. Ada kali 200 anak nih," ujar Asep sambil sibuk mengatur barisan para pelajar.

Baca juga: Pecahkan Rekor Muri, 5.000 Perempuan Kenakan Batik di Gedung Sate

Museum Gedung Sate memang tak pernah sepi pengunjung sejak dibuka pada bulan Desember tahun lalu. Pagi itu, sekitar delapan para petugas museum tampak sibuk mendampingi para pengunjung. Bahkan, salah seorang pemandu museum sibuk bercakap dengan turis asal Bangkok, Thailand.

"Nanti siang ada lagi sekitar 300 orang lagi," kata Hasan.

Museum Gedung Sate dibangun di penghujung masa jabatan Gubernur Ahmad Heryawan (Aher). Museum itu dibuat untuk membasahi dahaga akan sejarah gedung paling ikonik di Jabar. Sebelum museum berdiri, akses warga untuk melihat lebih dekat Gedung Sate sangat terbatas.

"Dulu orang mau ke Gedung Sate segan. Setelah ada museum masyarakat bisa lebih leluasa untuk melihat bangunan bersejarah ini," tutur Ebet nugraha, Kasubag Urusan Dalam Bagian Rumah Tangga Biro Umum Setda Provinsi Jabar, saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis pagi.

Museum Gedung Sate memang tak terlalu luas. Namun, jangan salah pengunjung akan terkejut melihat beragam penerapan teknologi di dalam museum tersebut.

Museum itu memang didesain futuristik untuk memikat pengunjung. Dari mulai pencitraan tiga dimensi, hingga augmented reality disajikan untuk mengupas sejarah gedung yang dulu bernama Gouvernement Bedrijven ini.

Baca juga: Ridwan Kamil Akan Rombak Halaman Gedung Sate untuk Masyarakat

Sebelum masuk, pengunjung dapat melakukan reservasi langsung atau via website terlebih dahulu. Dengan biaya sebesar Rp. 5000 pengunjung akan mendapat gelang sebagai tiket masuk.

"Per 5 Juli sudah ditetapkan biaya masuknya Rp. 5000 dihitung dari anak berusia lima tahun," ujar Ebet.

Canggih

Pertama-tama, pengunjung akan dipandu untuk melihat diorama yang berisi perjalanan terbentuknya Gedung Sate.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com