PALU, KOMPAS.com – Sejumlah ibu mencari kebutuhan makanan tambahan untuk anak dan bayinya di Posko #SultengBergerak yang dikelola oleh banyak relawan dari berbagai lembaga swadaya masyarakat.
“Saya punya anak balita, tidak mungkin setiap hari makan mi instan,” kata Sita (42), warga Palupi, Kota Palu, Kamis (18/10/2018).
Selain Masita, datang juga Titi (36), warga Kelurahan Layana yang juga mencari susu bayi. Mereka adalah warga korban gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Titi memiliki bayi yang membutuhkan susu formula sebagai pendamping karena bayinya sudah lebih dari 6 bulan.
Dalam kondisi serba terbatas pascagemba bumi dan tsunami, ketersediaan makanan tambahan untuk bayi dan balita sulit didapat.
Baca juga: Stok Makanan untuk Pengungsi di Donggala Mulai Menipis
Sita, pegawai Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Talise, mengatakan di tempatnya bekerja tidak tersedia makanan tambahan bayi dan anak balita, sehingga ia harus mencari di luar.
“Memang tidak dianjurkan susu formula untuk bayi, namun bagaimana dengan kondisi yang serba terbatas ini,” kata Titi.
Kedua wanita ini berharap ada makanan tambahan untuk bayi dan balita agar anak-anak korban gempa tetap mendapat asupan makanan yang bergizi.
Hidup sehari-hari di bawah tenda terbuka memang menyulitkan, terutama saat hujan lebat atau panas. Kesehatan anak-anak akan terganggu, ditambah lagi ketersediaan air bersih yang terbatas.
Kedua wanita ini mengaku tidak mengungsi di penampungan yang dikelola oleh pemerintah. Mereka memilih membuat tenda di halaman rumah.
Baca juga: Pemerkosa Anak Pengungsi Sulteng di Makassar Pecandu Isap Lem
Selain mereka berdua, ada banyak warga korban gempa yang memilih tinggal di tenda samping rumah agar tetap dapat mengawasi harta bendanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.