TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Salah satu atlet penyandang tuna netra Ni'matul Fauziah (20) saat ini sedang menanti pencairan bonus prestasi Asian Para Games 2018 yang dijanjikan pemerintah.
Dari bonus tersebut, ia ingin memberangkatkan orangtua menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah.
"Saya berjanji dalam hati apabila bonus dari pemerintah cair ingin memberikan hadiah khusus bagi kedua orangtua saya, termasuk biaya menunaikan ibadah haji," tutur Ni'matul saat ditemui di rumahnya di Dusun Barang Kulon RT 07 RW 02, Desa Barang, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, Rabu (17/10/2018).
Anak pasangan Sariyati dan Slamet Mulyanto ini menyadari peran orangtua sungguh berarti bagi hidupnya, terlebih ketika ia divonis bahwa matanya tidak akan bisa melihat dunia lagi.
"Waktu itu saya masih kelas 1 SMP, saya keluar karena mata udah enggak bisa melihat. Tapi sama ibu saya disuruh harus tetap sekolah, enggak boleh menyerah karena harus melanjutkan hidup. Jangan berhenti sampai di situ," kisah Ni'matul.
Gadis kelahiran 11 Agustus 1998 itu kemudian kembali bersekolah namun di sekolah dan asrama khusus penyandang tuna netra di Kabupaten Temanggung. Di sekolah ini, Ni'matul mulai menekuni dunia olahraga khususnya atletik.
Ia juga banyak mendulang prestasi di olahraga ini. Kemudian, pada tahun 2017, Ni'matul sempat berhenti dari dunia olahraga karena sudah tidak tinggal di asrama sekolah.
Namun, sang ibu terus mendorongnya untuk tetap berolahraga karena bermanfaat bagi dirinya, bahkan negara.
"Tahun 2017 saya sempat berhenti, karena sudah enggak di asrama lagi. Di rumah ditemani ibu. Lalu didorong lagi buat olahraga. Akhirnya ikut (olahraga) lagi, kalau latihan ditemani ibu," ungkapnya.
Baca juga: Cerita Nimatul Fauziah, Atlet Tuna Netra Peraih Perak Lawnball Asian Paragames 2018 (1)
Oleh karena itu, ia berharap bonus dari pemerintah segera cair meski ia sendiri belum tahu nominalnya.
Secara simbolis, bonus itu memang sudah diberikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga di Istana Bogor beberapa waktu lalu.
"Bonus memang belum cair, saya masih menunggu. Memang kalau simbolisnya sudah di Istana Bogor beberapa waktu lalu. Harapan saya segera cair, meskipun belum tahu buat apa, yang jelas buat kedua orang tua yang sudah membimbing saya hingga seperti ini," katanya.
Di sisi lain, ia juga berharap Pemerintah Kabupaten Temanggung lebih memperhatikan para atlet disabilitas seperti dirinya.
Sebab, sejauh ini ia merasakan dukungan pemerintah daerah masih minim, bahkan ada beberaba atlet yang terpaksa pindah ke daerah lain.
"Kok perhatian pemerintah daerah kurang ya. Saya berangkat ke Jakarta pakai uang pribadi, sampai saat ini juga belum tahu ada bonus enggak dari pemerintah daerah. Ada uang saku sih, Rp 60.000 per hari selama tanding seminggu," bebernya.
Kebanggan Ibu
Ibu Ni'matul Fauziah, Sariyati mengungkapkan kebanggaannya pada putri pertamanya itu karena telah berprestasi meski memiliki kekurangan pada penglihatannya. Ia terharu anaknya tetap bersemangat berjuang menunjukkan kemampuannya.
"Rasanya bahagia, senang, enggak menyangka. Ia memang sudah lama ikut even tingkat daerah. Alhamdulillah bisa dapat medali emas, perak, juara lainnya," ungkap Sariyati.
Baca juga: McDonald’s Beri Penghargaan untuk Atlet Asian Para Games 2018
Sebagi orangtua, Sariyati menyadari bahwa dirinya lah tumpuan semangat Ni'matul. Ia pun rela menghabiskan hari-harinya untuk membimbing anaknya yang tidak bisa lagi melihat.
Bahkan, Sariyati sendiri yang turun langsung melatih Ni'matul belajar atletik di lapangan.
"Saya latih sendiri di lapangan, tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram. Saya dukung penuh dia, setiap hari saya nasehati supaya tetap tegar, melihat ke depan, punya semangat untuk lebih baik," ungkapnya
Ia juga terus berdoa kepada Tuhan agar keajaiban selalu menyertai buah hatinya itu. Lewat olahraga ini Sariyati ingin Ni'matul bisa hidup mandiri di masa yang akan datang.