Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat SD Pluralis di Cirebon, Siswa Punya Tempat Ibadah Masing-masing

Kompas.com - 17/10/2018, 14:13 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com – Kesadaran untuk memahami keberagaman serta saling menghargai perbedaan penting dilakukan. Terlebih kepada anak-anak generasi penerus bangsa Indonesia.

Seperti yang dilakukan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pengampon 1, 2, dan 3 di Kota Cirebon. Sekolah ini mendidik anak-anak tentang arti penting pluralisme. Sekolah ini bahkan menjadi miniatur Indonesia.

Hal itu tampak pada aktivitas keseharian ratusan siswa Sekolah Dasar Negeri 1, 2 dan 3 Pengampon, yang terletak di Kecamatan Lemahwungkuk, Rabu pagi (17/10/2018).

Setiap pagi, seluruh kepala sekolah, guru, serta pelajar berkumpul untuk berdoa sesuai agama mereka masing-masing. Mereka masing-masing memiliki tempat untuk berdoa.

“Setiap agama memiliki tempat serta guru masing-masing. Kegiatan pembiasaan ini sudah berlangsung secara rutin. Setiap hari hingga akhir pekan, dan menjadi tradisi,” kata Suwarni, kepala SDN 1 Pengampon.

Setelah itu, para pelajar menuju ke kelas masing-masing untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya.

Baca juga: Menengok Keberagaman di Kampung Toleransi Liur

Wujud keberagaman di tiga SD negeri ini juga ditunjukkan dengan adanya tempat ibadah agama-agama di Indonesia. Di komplek sekolah itu terdapat masjid, gereja yang menempel dengan sekolah, serta ruang yang dibuat untuk ibadah siswa Hindu dan Buddha.

“Ini ruang yang diciptakan khusus untuk pembiasaan dan ibadah siswa-siswi Hindu. Tahun ini ada satu orang siswi. Tahun lalu lengkap, ada siswa Buddha, namun sudah lulus,” katanya sambil menunjukan ruangan.

Kepada Kompas.com, Suwarni menunjukkan satu persatu tempat pembiasaan para pelajar.

Kepala sekolah yang sudah dua kali menjabat koordinator kepala sekolah ini menyampaikan, tahun ini ada 657 pelajar di tiga sekolah, antara lain 235 siswa di SDN 1, 164 siswa SDN 2, dan 258 di SDN 3.

Sekolah ini, menurutnya, tak lain adalah miniatur Indonesia, miniatur Pancasila, karena para siswa dan orangtua berasal dari mana-mana, yang berbeda suku, budaya dan agama.

“Dinamakan SD pluralis. Satu-satunya sekolah dasar negeri di Kota Cirebon dan mungkin juga di Provinsi Jawa Barat. Karena bermacam agama, guru masing-masing agama, tempat ibadah, juga tempat belajar. Kita ajarkan kepada anak-anak untuk menghargai satu sama lain, mesi berbeda. Kalau perbedaan itu kita desain dengan baik akan menjadi mozaik indah. Kami bangga berada di sini,” kata Suwarni.

Fathonah, kepala SDN 3 Pengampon, mengatakan, meski berbeda-beda, semua anak didiknya mendapatkan pengajaran agama dengan porsi waktu yang sama dan seimbang. Ini yang membuat seluruh elemen di SDN 1, 2 dan 3 saling menghargai.

“Kami membawa anak-anak termasuk orangtua para siswa untuk saling menghargai dan menghormati baik di dalam agama maupun di dalam pergaulan sehari-hari. Mereka belajar dan bermain campur baur,” ungkap Fathonah.

Menurut Fathonah, menanamkan penghargaan terhadap perbedaan ini tidak hanya dengan sarana dan prasarana, tetapi juga dalam pergaulan di sekolah. Para pelajar dan guru dididik tentang persaudaraan, toleransi, dan saling membantu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com