Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profauna Berhasil Catat 50 Jenis Burung di Kediri

Kompas.com - 15/10/2018, 15:48 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Khairina

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com- Lebih dari setengah tahun Profauna Indonesia melakukan kegiatan Wild Animal Watching atau pengamatan satwa liar terutama burung di Kediri, Jawa Timur.

Hasilnya, pengamatan yang dilakukan di kawasan hutan dan perkebunan afdeling Damarwulan Kecamatan Kepung yang berada di areal lereng Gunung Kelud tersebut berhasil mendata 50 jenis burung.

“Pengamatan dilakukan mulai bulan Maret sampai Oktober ini, “ ujar Rosed Nursahid, Ketua Profauna Indonesia, Minggu (14/10/2018).

Burung-burung yang berhasil diamati tersebut antara lain bubut alang-alang (Centropos bengalensis), cekakak batu (Lacedo pulchella), jingjing batu (Hemipus hirundinaceus), kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus), paok pancawarna (Pitta guajana), dan serindit jawa (Loriculus pusillus).

Dari kelompok jenis elang ditemukan 3 jenis yaitu elang bido (Spilornis cheela), sikep madu (Pernis ptilorhynchus) dan elang hitam (Ictinaetus malayensis ).

Tujuh diantara burung yang ditemukan itu termasuk kategori jenis satwa dilindungi yaitu takur tohtor (Psilopogon armillaris), takur tulung tumpuk (Psilopogon javensis), serinditi jawa (Loriculus pusillus), luntur harimau (Harpactes sp), elang bido (Spilornis cheela), elang sikep madu dan elang hitam (Ictinaetus malayensis).

Selain itu juga ditemukan kedasih Hitam (Surniculus lugubris), luntur harimau (Harpactes oreskios), walik kembang (Ptilinopus melanospilus), punggok cokelat (Ninox scutulata), cabak maling (Caprimulgus macrurus), cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma), pelatuk jawa (Chrysocolaptes strictus), merbah corok-corok (Pycnonotus simplex), pijantung besar (Arachnothera robusta), pijantung kecil (Arachnothera longirostra), pijantung besar (Arachnothera robusta), dan kehicap ranting (Hypothymis azurea).

Baca juga: Para Pemandu Resah Maraknya Perburuan Burung Endemik Flores

Hasil pendataan itu membawa kabar baik karena banyak dari jenis burung tersebut keberadaannya di alam liar, terutama di wilayah Jawa Timur sudah cukup langka.

Bahkan, burung jenis serindit yang ada di Damarwulan itu, kata dia, adalah burung yang cukup langka. Pertemuan dengan burung tersebut terakhir kali 10 tahun silam saat melakukan pengamatan di wilayah Malang Selatan.

Salah satu ancaman nyata terhadap keberadaan burung-burung itu, ujar Rosed, adalah tindakan penangkapan di alam liar dan diperjual belikan. Ini yang menyebabkan keberadaan burung langka.

Contoh lainnya, Rosed mengungkapkan, burung paok pancawarna yang dikenal karena keindahan bulunya, banyak diperdagangkan di pasar bebas. Penyebabnya, kata dia, adanya revisi status perlindungannya.

“Sebetulnya dulu sudah termasuk daftar jenis satwa liar yang dilindungi, tapi sayangnya kemudian status perlindungannya itu direvisi,” ungkap aktivis yang sudah mengamati burung sejak 24 tahun silam itu.

Pengamatan dilakukan oleh tim yang tidak hanya berasal dari Profauna tetapi juga oleh para di berbagai daerah.

Dengan pengamatan itu, diharapkan membawa sumbangsih data demi pelestarian satwa liar. 

Kompas TV Sebanyak 38 ekor burung kakatua dilindungi, yang hendak diseludupkan keluar negeri diamankan petugas kepolisian di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com