Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 6 Wanita Berjuang 8 Jam Keluar dari “Neraka” Lumpur Petobo

Kompas.com - 13/10/2018, 07:21 WIB
Rosyid A Azhar ,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

“Kami terus melangkah mencari tanah keras yang bisa menjadi pijakan, kami menemukan kayu panjang. Kayu inilah yang kami gunakan untuk menduga kedalaman lumpur, jika terlalu dalam, kami tidak akan melangkah. Jika menemukan yang keras seperti atap rumah atau dinding, kami lanjutkan perjalanan,” tutur Desi.

Mereka berenam bergandengan. Yang paling depan adalah Nani, ibu mereka, lalu disusul Irma, Anggun, Aulia (14), dan Desi. Si bungsu Riskiyah mereka gendong bergantian.

Pingsan

Desi sempat pingsan. Sepulang  bekerja  pada sore itu ia belum sempat makan. Adik-adik dan ibunya menepuk-nepuk tubuhnya agar siuman. Ia berulang kali pingsan.

“Kami berjalan dalam lumpur setinggi dada orang desawa, sangat berat dan melelahkan. Kami bisa saja tenggelam jika salah meletakkan kaki,” cerita Desi.

Ibu mereka selalu memberi semangat, mereka harus berzikir dan berkonsentrasi pada setiap langkah.

“Kami mendengar suara minta tolong dari kejauhan, waktu itu sudah larut malam. Namun, dari arah suara tiba-tiba  muncul api besar, lalu tidak terdengar lagi suaranya,” kenang Desi.

Mereka terus melangkah ke daerah yang lebih tinggi dengan susah payah, wajah mereka sudah penuh lumpur. Kaki mereka terus mencari-mencari pijakan yang keras untuk bisa terus melangkah. 

Baca juga: Pencarian Korban Gempa Dilakukan di Perumahan yang Ambles karena Likuifaksi

“Kami juga melihat ternak yang sudah tak bergerak, terlihat hanya kepalanya saja,” ujar Anggun, adik Desi.

Pada suatu titik, mereka merasa lumpur makin cair. Tiba-tiba ada yang mengetahui arah mereka. Orang itu menyorotkan lampu senter ke arah mereka. Ia seorang pria yang bertahan di bubungan rumah yang ambruk.

“Jangan ke atas, di sini lumpur semuanya,” kata pria itu.

Mereka pun berpaling arah, mencari bagian yang keras.

Mereka sempat menemukan seorang perempuan tua yang diam dalam genangan lumpur, hanya leher dan kepalanya yang terlihat. Mereka berusaha menolong dengan mengajak jalan.

“Biarlah nenek di sini, nenek sudah tua dan tak mampu berjalan. Jalanlah mencari tempat yang baik,” kata nenek tersebut.

Nenek itu sudah menetapkan pilihannya untuk diam dalam lumpur.

Nani dan keluarganya pun meneruskan perjalanan dengan perasaan sedih. Mereka banyak menjumpai orang-orang yang sudah kelelahan, diam terpaku.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com