Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Mendapat Air Bersih di Kota Bandung...

Kompas.com - 12/10/2018, 18:09 WIB
Agie Permadi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Warga sudah mengadukan hal ini kepada pihak PDAM, namun ternyata pihak PDAM pun kesulitan memasok air warga.

"Sudah menginformasikan hanya di PDAM airnya juga kurang. Kalau misalkan kapasitas PDAM normal mungkin tidak akan seperti ini," tuturnya.

Pasokan air pun lantas dikirim tiga sampai lima jam sekali dengan menggunakan truk, air dari PDAM disimpan di penampungan air Masjid Al Hidayah, lantaran hanya penampungan itu saja yang bisa menyimpan pasokan air kiriman tersebut.

"Setiap hari PDAM mengirimkan air hingga 4-5 tangki air, semua itu disimpan di penampungan ini karena kapasitas penyimpanannya bisa nyampe 5.500 liter," tuturnya.

Setiap hari, warga RW 05 kerap mengantre menyimpan jerikennya hanya untuk mengambil air bersih. Setiap warga bisa membawa 5-10 jeriken setiap harinya tergantung kebutuhan sehari-hari mereka.

"Warga yang butuh air pasti datang ke sini untuk mengisi. Kalau pagi, pasti mengantre panjang," tuturnya.

Warga lainnya, Reny (45) mengaku terganggu dengan kurangnya air bersih di pemukiman itu. Tidak hanya untuk kebutuhan air minum, tetapi juga mengganggu aktivitas lainnya.

"Iya tentu mengganggu aktivitas. Kan kami juga harus mencuci, mandi dan lainnya," tuturnya.

Reny merupakan salah satu warga yang menggantungkan air bersih pada PDAM sebagai pelanggan PDAM. Awalnya, air mengalir normal seperti biasa, namun sejak bulan puasa lalu (Juni), air mulai berkurang.

Beruntung masih ada warga yang membantu menyediakan airnya untuk kebutuhan warga.

"Seperti air yang dikasih dari Pak RW ini, ya kami minta dari beliau. Tapi ya ngambilnya bergiliran harus antre hingga berjam-jam," tuturnya.

Selama berbulan-bulan itu, setiap hari, warga mengantre menunggu mengisi air ke jeriken. Mereka saling membantu memberikan air untuk warga lainnya yang membutuhkan.

"Iya gitu, saling bantu saja karena kan yang air yang dipasok PDAM kadang tidak semua kebagian," katanya seraya berharap ketersediaan air ini kembali normal sediakala.

Kata PDAM

Sementara itu, sebelumnya, Direktur Utama PDAM Tirtawening Sonny Salimi mengingatkan bahwa PDAM bukanlah pembuat air, tapi pengelola dan pendistribusian. Jadi kalau tidak ada air yang diolah, jangan salahkan PDAM, melainkan harus berdoa turun hujan di sini dan di pusat air baku.

"Krisis air saat ini bukan terparah tetapi sama dengan tahun 2015 krisis air berlangsung sampai akhir Desember. Tapi mudah-mudahan tahun ini tidak terjadi," ujar Sonny seperti dikutip dari Tribun Jabar.

Menurut Sonny, PDAM memiliki 28 titik sumur artesis tapi kini kondisinya sebagian besar sudah mati dan hanya beberapa masih aktif itu pun debit airnya terus menurun.

Karena kondisi sumur artesis tidak berfungsi di beberapa titik, lanjut dia, PDAM akan membuat sumur artesis baru di dua titik, yakni di kawasan Jalan Industri dan Jalan Sudirman.

"Alhamdulilah proses izin sudah keluar, tinggal dilelang. Sedangkan di titik lain izinnya masih dalam proses," ujar Sonny.

Sonny mengatakan, satu titik artesis bisa melayani 500-700 Kepala Keluarga (KK). Bahkan tergantung debit airnya jika bisa menghasilkan 2 liter air per detik bisa sampai 1000 lebih KK.

Sonny meminta maaf karena selain sumur artesis kering, pelanggan yang dilayani sumber air dari Cikalong sudah menyusut cukup signifikan dari 1.800 liter per detik kini tinggal 500 liter per detik, sehingga air ke pelanggan terganggu.

"Untuk melayani pelanggan yang terganggu airnya, PDAM mengerahkan 29 tangki setiap harinya, 7 tangki kapasitas 5.000 liter dan 12 mobil pick-up kapasitas 2.000 liter," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com