Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Keberagaman di Kampung Toleransi Liur

Kompas.com - 12/10/2018, 09:06 WIB
Markus Makur,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Selasa (2/10/2018), terlihat dua perempuan muslim berdiri Kampung Toleransi Puncak Liur, Desa Ranamese, Kecamatan Sambirampas, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Dengan mengenakan pakaian adat Manggarai Timur lengkap dengan kerudungnya, mereka mengalungkan selendang congkar kepada Imam Katolik, Pastor Rikardus Karno, Projo. 

Saat itu, Pastor Rikardus yang merupakan Imam Keuskupan Ruteng baru selesai menerima Sakramen Imamat dari Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng. 

Setelah misa pentahbisan di Paroki, Pastor Rikardus dijemput keluarga Katolik dan Muslim dari Kampung Puncak Liur untuk merayakan syukuran imamatnya di kampung halamannya.

Baca juga: Tanggalkan Kepentingan Pribadi demi Toleransi Umat Beragama...

Ratusan umat muslim dan Katolik yang hidup berdampingan di kampung itu, menjemput di pintu gerbang kampung. Mereka menyambutnya dengan berbagai ritual adat.

Mereka bersyukur dan bahagia atas rahmat imamat yang diraih Pastor Rikardus. Sambutan pun dilakukan dengan tradisi umat Islam dan Katolik. 

Imam Masjid Fatahilla Kampung Puncak Liur, Yakub Ladus pun ikut menyambut Pastor Rikardus Karno, Projo dengan kepok adat. 

Baik umat Islam maupun Katolik, mereka mengenakan pakaian adat Manggarai Timur. Mereka bersila di atas tikar dan melantunkan bahasa adat setempat sebagai tanda penyambutan imam baru Katolik yang berasal dari Kampung Toleransi Liur.

Guru Agama Islam di Kampung Toleransi Liur, Yani Abdul Tahir menjelaskan, persaudaraan umat Islam dan Katolik di Kampung Toleransi Liur sudah terjalin sejak kampung ini didirikan, puluhan tahun silam.

Hubungan itu terjalin karena pertalian kekeluargaan yang sangat erat. Selain karena ada hubugan darah juga berasal dari keturunan yang sama. 

Baca juga: Mengajarkan Anak Makna Toleransi

Persaudaraan ini tidak hanya tampak saat menyambut imam baru Katolik dari Keuskupan Ruteng. Dalam berbagai kegiatan mereka selalu bersaama menggelat ritual adat secara turun temurun.

Bagi Yani, penyambutan imam baru Katolik dari Kampung Toleransi Liur merupakan rasa syukur dan kegembiraan. 

“Kami sebagai umat muslim yang masih ada hubungan kekeluargaan dengan imam Katolik itu merasa bersyukur dan ikut merasakan kebahagiaan atas rahmat Imamat yang diterimanya,” jelasnya.

Ritual Adat

Sesudah mengalungkan selendang congkat khas Sambirampas kepada imam Katolik, dua siswi SMA itu memeluk sang imam sebagai tanda persaudaraan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com