PEKANBARU, KOMPAS.com - Suparni Yati senang bukan main. Atlet asal Riau ini berhasil mempersembahkan emas kedua untuk Indonesia dalam ajang Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Senin (8/12/2018).
Dia menorehkan prestasi dalam cabang olahraga tolak peluru klasifikasi F20 atau keterbatasan intelektual. Tak hanya itu, Parni, panggilan akrabnya, memecahkan rekor Asia dengan tolakan pelurunya yang mencapai 11,03 meter.
Ya, keterbatasan tidak lantas membuatnya berhenti berprestasi.
"Saya senang sekali. Prestasi ini buat mamak (ibu) dan saudara," ungkap Parni kepada Kompas.com, Selasa (9/10/2018).
Suparni lahir pada 18 Agustus 1993 di Desa Beringin Jaya, Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Dia lahir sebagai penyandang tunagrahita.
Jalan Parni untuk sampai pada prestasi itu tidak mudah. Dia mengaku harus berusaha semaksimal mungkin. Berlatih dengan gigih dan disertai doa.
"Saya berusaha sekuat tenaga. Doa, dukungan orangtua dan keluarga serta pelatih. Alhamdulilah, prestasi ini dapat saya persembahkan untuk Ibu," ucap Parni.
Sejak kecil, Parni sudah terbiasa berlatih keras. Oleh karena itu, meski menyandang difabilitas, Parni sudah memiliki sederet prestasi dalam bidang olahraga.
Parni mengatakan, dia sudah menjadi atlet sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan sering mendapatkan penghargaan.
"Kelas 6 SD saya atlet voli. Kalau atlet tolak peluru sejak kelas 2 SMA. Karena saya dinilai lebih cocok di tolak peluru," kata Parni.
Melihat potensinya di tolak peluru, putri bungsu dari pasangan Asmareja (almarhum) dan Wagiyah ini semakin tekun berlatih hingga dipilih untuk mengikuti Asian Para Games 2018.
Sebelum ikut bertanding di Asian Para Games, dia mengikuti latihan tolak peluru di Rumbai, Pekanbaru. Selanjutnya mengikuti mengikuti Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) di Kota Solo sejak Januari lalu.
Bersambung ke halaman dua